GridOto.com - Pada Media Global Tour 2025 yang merupakan rangkaian perayaan ulang tahun ke 70 Yamaha Motor di Iwata, Jepang beberapa waktu yang lalu, Yamaha memaparkan Carbon Neutral Technology Strategy yang sedang mereka jalankan.
Kenji Komatsu, Executive Officer, GM Technology Research & Development Center, Yamaha Motor Co., Ltd menegaskan visi teknologi Yamaha di masa depan adalah mengejar kesenangan berkendara dan menjawab isu sosial yang beredar.
Salah satu isu penting yang menjadi fokus tentunya netralitas carbon. Bahkan target yang ditetapkan tidak main-main.
“Pada 2050 harus bisa menekan emisi C02 hingga 86% dibanding tingkat emisi pada tahun 2024,” jelasnya.
Lebih rinci, Komatsu menjelaskan target jangka menengah Yamaha, “Harus bisa menekan emisi C02 hingga 13% pada 2030 dan 27% pada 2035 dibanding 2024,” ungkapnya.
Dan diakui oleh Yamaha, 90% penyumbang emisi C02 adalah dari sepeda motor.
Nah, fakta ini membuat fokus pengembangan motor-motornya ke arah yang lebih ramah lingkungan. Meski seperti kita tahu, Yamaha bukan cuma memproduksi sepeda motor.
Secara area, ternyata kawasan Asia menjadi penyumbang emisi CO2 dari sepeda motor mencapai 72,4%. Kemudian ada India menyumbang 12,4 % dan Brazil 11,2 %.
Lantas apa yang akan dilakukan Yamaha?
Pertama, untuk motor berpenggerak ICE atau Internal Combustion Engine atau mesin berbahan bakar konvensional yang masih jadi tulang punggung penjualan, akan diketatkan agar lebih hemat bahan bakar.
Yamaha juga fokus di pengembangan motor listrik. Bukan sekedar konsep tapi motor yang masuk kategori BEV atau Battery Electric Vehicle ini juga sudah mulai diluncurkan. Seperti di Taiwan atau India.
Di Taiwan sudah ada 2 model yang dipasarkan, Yamaha CUXiE untuk yang feminim dan Yamaha EMF yang punya desain lebih sporty.
Sedang di India meski masih berstatus ‘coming soon’ tapi tetap layak ditunggu. Ada Aerox E dan EC-06.
Oiya EC-06 ini adalah hasil kerja sama dengan River Mobility Private Limited. Dipasarkan khusus di India, punya tenaga puncak 4,5 kW dengan baterai 4 kWh yang mampu menempuh jarak hingga 160 km.
Selain itu, tiga motor berbasis baterai juga dikenalkan di ajang Japan Mobiliity Show 2025 lalu.
Motor-motor konsep ini adalah bagian dari Future Mobility Energy Mix yang dikembangkan Yamaha secara global dengan cara kerja yang berbeda.
Pertama ada Proto HEV (Hybrid Electric Vehicle) yang merupakan skutik dengan penggerak hybrid.
Lalu ada Proto PHEV (Plug In Hybrid Electric Vehicle), kendaraan hybrid yang memiliki sistem plug in charging dan Proto BEV (Battery Electric Vehicle) untuk kendaraan full listrik yang superkencang layaknya sportbike.
“Selain fokus pada pengembangan motor listrik, Yamaha juga melakukan transisi ke penggunaan bahan bakar alternatif dan gabungan energi yang lebih ramah lingkungan,” jelasnya.
Seperti biofuel, hydrogen, synthetic liquid fuel dan lain sebagainya.
Salah satunya adalah bekerja sama dengan raBit (Research Association of Biomass Innovation for Next Generation Automobile Fuels), Yamaha ikut berperan dalam riset dekarbonisasi.
Bicara bahan bakar hydrogen, Yamaha yang tergabung di HySE (Hydrogen Small mobility & Engine technology Association) bersama 4 pabrikan motor lainnya, sebenarnya punya track record panjang.
Sejak 2015 perangkat hydrogen sudah disiapkan, “Dan di 2022, fasilitas pengetesan mulai beroperasi,” ungkap Yukishima Ryo, Group Leader Hydrogen Engine Testing Group, Yamaha Motor Co., Ltd.
Yamaha kini memiliki hydrogen engine evaluation test bench sendiri, bahkan sampai hal dasar seperti fasilitas simulasi pengisian bahan bakar hydrogen pun ada.
Pada 2016 pabrikan asal Iwata ini ikut terlibat dalam pengembangan Lexus LFA, RC dan GS-F. Pada 2020 terlibat pengembangan mesin hydrogen untuk GR Yaris.
Dan join development dengan Lexus untuk kendaraan off-road ROV. Golf car hydrogen juga dikembangkan oleh Yamaha.
Terakhir, prototype skuter berbahan bakar hydrogen untuk skutik komersial dipamerkan di Japan Mobility Show 2025.
Yamaha kali ini bekerja sama dengan Toyota mengembangkan H2 Buddy Porter Concept.
| Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR