Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Bang Doel Curhat di Monas, Jakarta Kehilangan Rp 100 Triliun Per Tahun Gegara Jalan Macet

Irsyaad W - Kamis, 28 Agustus 2025 | 09:27 WIB
Kondisi macet di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan
Dzaky Nurcahyo/Kompas.com
Kondisi macet di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan

GridOto.com - Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno alias Bang Doel curhat di lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat.

Ia beberkan data, Jakarta kehilangan Rp 100 triliun per tahun gegara jalan macet dihadapan barisan aparat gabungan TNI/Polri, Dinas Perhubungan, hingga Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), (27/8/25).

Di hadapan mereka, Bang Doel berdiri memimpin apel kolaborasi pengendalian kemacetan.

Suaranya lantang, membongkar fakta pahit tentang Jakarta, kota ini merugi Rp 100 triliun setiap tahun hanya karena macet.

"Permasalahan ini tidak lepas dari ketidakseimbangan antara pertumbuhan kendaraan dan ruas jalan," tegas Rano melansir Kompas.com.

Ia mengutip data TomTom Traffic Index 2025, yang menempatkan Jakarta di peringkat ke-90 dari 500 kota termacet di dunia.

Setiap hari, warga Jakarta melakukan 20,2 juta perjalanan.

Baca Juga: Jakarta Dikepung Proyek, 216 Ruas Jalan Dilubangi Jadi Biang Kemacetan

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno pimpin apel kolaborasi pengendalian kemacetan bersama aparat gabungan TNI/Polri, Dinas Perhubungan, dan Satpol PP di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, (27/8/25)
Ruby Rachmadina/Kompas.com
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno pimpin apel kolaborasi pengendalian kemacetan bersama aparat gabungan TNI/Polri, Dinas Perhubungan, dan Satpol PP di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, (27/8/25)

Namun hanya 22,19 persen yang menggunakan transportasi umum.

Selebihnya, kendaraan pribadi mendominasi jalan, menjadi penyumbang utama polusi udara.

"Hal inilah yang menyebabkan sektor transportasi menjadi penyumbang polusi udara terbesar," ujarnya.

Dampaknya bukan hanya pada kualitas udara. Dari sisi ekonomi, kemacetan disebut menimbulkan kerugian hingga Rp 100 triliun per tahun, setara 4 persen PDB Jabodetabek.

Jumlah itu, kata Rano, sama besarnya dengan enam kali biaya pembangunan MRT fase pertama.

"Studi Bappenas dan JUTPI II pada 2019 mengungkapkan kerugian akibat kemacetan di Jabodetabek mencapai 100 triliun per tahun," tambahnya.

Sebagai langkah penangangan, Pemprov Jakarta kini mengembangkan Intelligent Traffic Control System (ITCS) berbasis kecerdasan buatan.

Baca Juga: Dikepung 3 Proyek Sekaligus, Pramono Kerahkan 14 Bus Transjakarta Atasi Macet di TB Simatupang

Kondisi macet di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan pada sore hari, (6/8/25)
Dinda Aulia Ramadhanty/Kompas.com
Kondisi macet di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan pada sore hari, (6/8/25)

Sistem ini baru dipasang di 65 dari 321 persimpangan, dan mampu memangkas waktu tunggu kendaraan hingga 20 persen.

ITCS juga terhubung dengan pengawasan pajak kendaraan dan emisi.

Selain itu, ada program Mandala Quick Response hasil kolaborasi dengan Polda Metro Jaya.

Melalui 4.438 kamera CCTV berbasis Geographic Information System (GIS), arus lalu lintas dipantau real-time.

Rano menegaskan, pengendalian macet bukan hanya soal teknis, melainkan bagian dari strategi besar Jakarta menuju kota global.

Pada kesempatan sama, Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Komarudin mengingatkan betapa cepatnya pertumbuhan kendaraan.

Sepanjang 2024 saja, tercatat 850.901 kendaraan baru di Jakarta, atau setara 2.500–3.000 kendaraan tambahan setiap hari.

Baca Juga: Jalan TB Simatupang Kini Menyebalkan, Lima Biang Kerok Kemacetan Terungkap

"Kalau satu persen saja dari jumlah itu adalah mobil, maka dibutuhkan 16 kilometer hanya untuk memarkir kendaraan baru. Itulah kenapa Jakarta makin padat," ucap Komarudin.

Namun, jumlah personel polisi lalu lintas tak sebanding dengan ledakan kendaraan.

Karena itu, ia mengandalkan Mandala Quick Response untuk mengerahkan petugas ke titik rawan macet.

"Sejumlah rekan-rekan gabungan TNI, Polri, Dinas Perhubungan, Satpol PP yang digelar setiap pagi sampai malam, ini akan semakin tertutup dengan pertumbuhan kendaraan. Artinya keberadaan kita boleh dikatakan hampir tidak mampu untuk menyelesaikan," ujarnya.

Editor : Hendra

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa