Dengan tingkat ketelitian tinggi, tak heran Moorisa dan timnya harus bekerja ekstra untuk mendapatkan hasil terbaik.
Bahkan ia mengaku bekerja hingga 60 sampai 70 jam dalam seminggu. Lembur terus sob.
“Karena kita pengin mobilnya benar-benar kerja sendiri. Apalagi kalau di tikungan-tikungan. Bukan cuman di jalan tol, tapi juga di jalan-jalan yang biasa,” terang wanita yang sudah menetap di Amerika sejak 2011 ini.
Sekadar informasi, selepas bangku SMA, Moorisa melanjutkan studinya ke Amerika.
Baca Juga: Dari Jeep Willys hingga Tesla Model S, Inilah 10 Mobil Amerika Paling Populer dan Bersejarah
Ia meraih gelar sarjananya di Georgia Institute of Technology di bidang Industrial Engineering & Statistics dengan nilai summa cum laude.
Tak berhenti di situ, gadis yang hobi melukis ini menjutkan gelar doktornya di Columbia University dalam bidang Data Science dan lulus di tahun 2017.
Sebelum bekerja di Tesla, Moorisa juga pernah magang di NASA Goddard Institute.
Indonesia patut bangga. Perlu diacungi jempol nih sob. Salut!
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Moorissa Tjokro, Satu-satunya Gadis WNI Insinyur Autopilot Mobil Tesla"
Editor | : | Fendi |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR