Istilah ini ternyata serumpun dengan kata-kata dari berbagai bahasa Eropa lain, seperti tollr (Norse Kuno), tolen (Frisia Kuno), zol (Jerman Kuno), hingga zoll (bahasa Jerman modern).
Menurut sejumlah ahli bahasa, istilah ini kemungkinan besar merupakan serapan dari bahasa Latin tolonium yang berarti 'rumah pabean'.
Kata tersebut diturunkan dari bahasa Latin klasik telonium dan bahasa Yunani teloneion, yang sama-sama berarti 'rumah tol' atau tempat pemungutan bea.
Baca Juga: Banyak Salah Sebut, Padahal di Sini Letak Perbedaan Lajur dan Jalur Jalan Tol
Dalam bahasa Yunani, kata ini berakar dari telones yang berarti 'pemungut pajak', yang berasal dari telos atau 'bea, pajak, biaya'.
Ada pula teori lain yang menyebut kata tol benar-benar berasal dari bahasa Jermanik asli, dengan kaitan pada kata tell (menghitung), berdasarkan gagasan bahwa tol adalah sesuatu yang 'dihitung' atau ditakar.
Diserap ke Bahasa Indonesia Indonesia mulai mengenal jalan tol pada era 1970-an.
Proyek pertama adalah pembangunan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) yang diresmikan pada 1978 oleh Presiden Soeharto.
Jalan ini juga menjadi tol pertama di Asia Tenggara.
Sejak saat itu, istilah 'tol' digunakan secara resmi dalam peraturan maupun dalam percakapan sehari-hari masyarakat.
Pemakaian kata' to' di Indonesia diambil langsung dari istilah internasional toll road yang berarti jalan berbayar.
Jadi kesimpulannya, tidak ada kepanjangan tol, karena tol sendiri memang berasal dari serapan Bahasa Inggris yakni toll road yang bila ditelusuri lebih jauh, berasal dari Bahasa Latin.