GridOto.com - Kali ini kami gasss!!! turing tipis-tipis dari Ciwidey, Bandung menuju ke Garut.
Perjalanan pendek ini sengaja dilakukan untuk menghadiri puncak Honda Bikers Day (HBD) 2025 di Lapangan Yonif Raider 303 Cikajang.
Meski jaraknya pendek, trek yang kami lalui cukup menantang. Perjalanan tidak dibuat gampang, tapi sengaja melambung lewat Naringgul turun sampai ke pinggir pantai selatan di Cidaun, Cianjur. Lalu naik lagi ke Garut via Bungbulang.
Totalnya lebih dari 160 km dengan waktu tempuh hampir 5 jam. Lama ya? Karena banyak berhenti istirahat, makan siang, foto-foto juga berteduh karena beberapa kali kehujanan hehe.
Dalam perjalanan ini, kami yang menggunakan New Honda ADV160 RoadSync tentunya tidak bisa memilih warna.
Karena di varian termahal ini hanya ada satu pilihan, yaitu SUV Brown dengan harga Rp 41.950.000 (OTR Jakarta).
Baiklah warna cokelat yang mewah ini akan menjadi teman sepanjang perjalanan.
Bukan cuma itu, teman yang berikutnya adalah teknologi bernama Roadsync.
Biar enggak bosan, aplikasi Roadsync di smartphone langsung dikoneksikan ke motor menggunakan Bluetooth. Caranya mudah, ikuti saja instruksi yang tersedia di apps.
Jika sudah terkoneksi kita bisa mengontrol fungsi telepon, pesan, musik dan navigasi di smartphone dengan perintah suara dan multi-function switch di setang kiri.
Memaksimalkan voice command atau perintah suara adalah ciri khas RoadSync yang tidak ada di aplikasi serupa di merek lain.
Namun sebelumnya, Roadsync ini harus terhubung juga dengan intercom di helm, atau bisa menggunakan headset untuk mendengarkan dan memberikan instruksi menggunakan perintah suara.
Misalnya, ketika mencari titik tujuan di fitur navigasi. Masuk ke pilihan menu navigasi, lalu di menu pencarian sebutkan saja lokasi yang akan dituju.
Roadsync akan mencari lalu memberikan beberapa pilihan lokasi. Jika sudah dipilih, kanan untuk memulai navigasi. Maka panah kanan kiri akan muncul di layar lengkap dengan berapa meter lagi harus belok.
Semua proses ini bisa dilakukan tanpa harus membuka smartphone kalian. Cukup masukan kantong, atau masukan konsol laci di bawah setang sebelah kiri, di dalamnya juga ada power outlet untuk charging smartphone.
Kelebihan navigasi dari Roadsync ini adalah pakai peta dari Google Maps. Sepeti kita tahu Google Maps punya banyak pin poin lokasi sehingga tidak akan kesulitan mencari tempat tujuan.
Oiya Maps-nya untuk Android pakai Google Maps, sedang IOS pakai HERE WeGo Maps.
Selain itu, karena jadi satu dengan panel TFT full colour 5 inci-nya, tidak perlu repot menggantungkan handphone di setang.
Tapi ada juga beberapa kekurangan. Seperti navigasi berbasis internet ini sangat bergantung pada sinyal. Ketika melewati daerah yang sinyalnya jelek, navigasinya pun terhenti.
Beberapa kali arah yang ditunjukan peta juga bisa delay ketika sinyal internet tidak dalam sambungan maksimal.
Selain itu, petunjuk arah menggunakan panah juga butuh adaptasi, tidak semudah tampilan full peta.
Ketika ada pesan masuk pun bisa dibacakan, dan kita bisa langsung membalas pesan dengan perintah suara yang nanti akan diubah menjadi teks.
Playlist musik di smartphone juga bisa diakses, via RoadSync. Tinggal dipilih saja mau menggunakan Sportify, Youtube Music atau aplikasi yang lain. Ini yang bikin perjalanan enggak membosankan.
HANDLING RINGAN dan LINCAH
Dari Ciwidey, motor digas melewati Kawasan Naringgul yang kaya tikungan.
Meski tampangnya terlihat gambot dan khusus tipe RoadSync bobotnya naik 1 kg menjadi 134 kg, tapi ketika diajak belok tetap ringan dan mudah diarahkan.
Buat menikung patah-patah rasanya sangat lincah. Hanya saja ketika menikung kencang, suspensi empuk dan ground clearance tinggi bikin stabilitas kurang mantap.
Yang menarik, karakter ban dual purpose standarnya yang punya karakter soft compound, di trek tanah mengigit, tapi grip ke aspal juga tetap maksimal.
Buat nanjak-nanjak gimana? Mesin New ADV160 tidak ada perubahan dibanding versi sebelumnya, masih eSP+ 156,9 cc SOHC 4 katup, injeksi, berpendingin cairan dengan transmisi CVT.
Karakternya overbore, 60 x 55,5 mm, kemudian rasio kompresinya cukup tinggi, 12:1. Tenaga maksimal 15,8 dk di 8.500 rpm dan torsi maksimal 14,7 Nm di 6.500 rpm.
Karakternya khas, tarikan awalnya responsif kemudian agak kalem di putaran menengah, sebelum akhirnya ngacir lagi di putaran tinggi. Buat nanjak setelah ketemu tikungan patah, memang tidak terasa istimewa ya.
Putaran mesin tertahan di 5.000 – 6.000 rpm yang membuat akselerasinya di tanjakan terasa biasa saja. Tetap kuat nanjak, tapi kami tidak merasakan sensasi yang luar biasa di sini.
Sedang top speed-nya di kisaran 120 km/jam, sempat gas pol saat melintasi jalanan pinggir pantai di Cidaun, Cianjur.
Ketika digas dibuka sampai mentok dan mencapai di atas 80 km/jam tiba-tiba mesin seperti punya dorongan tenaga tambahan sampai top speed di kisaran 120 km/jam.
Dan asyiknya, ketika dipakai cruising, nafasnya panjang dan mesinnya terasa halus, rileks seperti tidak ada beban. Getaran juga sangat minim. Karakter yang bikin nyaman saat jalan jauh seperti ini.
Bagaimana dengan turunan? Tenang, remnya baik depan maupun belakang cakram dan pakem.
Model disc-nya bergelombang sehingga terlihat lebih adventure, karena mirip cakram motor trail. Di varian ABS dan RoadSync dilengkapi Antilock Brake System (ABS) single channel di roda depan saja.
NYAMANNYA JUARA!
Masuk daerah Garut mulai banyak jalanan rusak, bergelombang dan berlubang. Bahkan beberapa ada yang sedang dalam proyek pengaspalan ulang.
Di kondisi seperti ini, suspensi depan teleskopik berdiameter as 31 mm dan suspensi ganda bertabung di belakang boleh unjuk gigi!
Karakternya, khususnya yang depan memang empuk! Jarak mainnya panjang sehingga tidak mudah mentok.
Sementara itu karakter redaman suspensi belakang ganda bertabung dari Showa tergolong sedang. Enggak seempuk Aprilia SR-GT tapi juga enggak sekeras Yamaha NMAX. Posisinya di tengah-tengah dan lebih enak ketika dipakai boncengan atau membawa beban di belakang, redamannya jadi pas empuknya.
Posisi duduknya juga bikin betah. Tinggi joknya hanya 780 mm, 15 mm lebih rendah dari ADV150.
Kemudian jok dibuat lebih tirus dan dek pijakan kaki bagian belakang pun menyempit, jadi ruang untuk betis ketika kaki turun menapak ke aspal.
Rider tinggi badan 165 cm hanya jinjit sedikit saja, sedang yang 170 cm bisa menapak sempurna.
Joknya juga tidak ada perubahan, tetap lebar namun tipis di bagian belakang, konsekuensi demi lebih mudah menapakkan kaki, sekaligus ruang bagasi yang tetap lega.
Setang tappered handle bar ala motor trail, tinggi tapi ujungnya lurus. Hal ini membuat pergelangan tangan dan telapak cepat pegal.
Solusinya, posisi tangan harus mirip naik trail, pundak dan lengan dibuka lebar agar tetap sigap dan pergelangan tangan tidak lekas capek.
Sementara untuk kaki tergolong santai, karena bisa selonjoran. Ketika mau agresif tinggal tarik kaki ke belakang, badan lebih siap buat bermanuver.
BERAPA KONSUMSI BENSINNYA?
Total perjalanan, 164 km melewati jalanan yang naik turun. Bahkan dari Cianjur sampai Garut, lebih dari 50 km selalu menanjak.
Ternyata indikator fuel consumption di panel indikator masih menunjukan 43 km/liter! Wah masih terbilang hemat buat mesin 160 cc yang ketika menanjak kerap digas sampai mentok.
Hasil ini tak beda jauh dari penggunaan harian di Jakarta yang tembus 42 km/liter. Oiya tangkinya 8,1 liter, sekali full tank bisa melaju lebih dari 340 km!
FITUR ANDALAN BUAT TURING
Beberapa fitur yang bisa diandalkan untuk perjalanan turing seperti ini, diantaranya adalah windshield yang bisa naik turun.
Jika kondisi dingin seperti di Ciwidey, posisi tinggi jadi pilihan tepat agar angin tidak langsung menerpa badan.
Bagasi 30 liternya juga menyenangkan dipakai turing, barang bawaan bisa masuk di sini. Dari jas hujan, baju ganti sampai peralatan kamera bisa masuk.
Rem Antilock Brake System (ABS) di roda depan dan Honda Selectable Torque Control (HSTC) juga ampuh menjaga kedua roda dari selip ketika lewat jalan berpasir atau ketika hujan.
Oiya di motor ini juga ada Emergency Stop Signal, lampu sein akan otomatis berkedip cepat ketika pengereman keras dilakukan. Bisa membantu pengendara lain mengantisipasi resiko tabrak belakang ketika panic braking.
| Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR