Perlakuan hangat itu mencapai puncaknya saat ban XMAX miliknya diganti secara cuma-cuma oleh para rider Negeri Jiran.
“Sampai ban diganti oleh mereka. Itu luar biasa,” ungkapnya.
Keramahan serupa ia temui di Kazakhstan.
“Ada yang memberi uang, ada yang memberi minum. Mereka menghargai perjalanan kami,” tutur Daeng.
Namun, tidak semua negara menghadirkan kenyamanan, Afghanistan menjadi titik paling menantang sepanjang perjalanan.
“Medannya sulit dan situasinya tidak mudah,” ucapnya singkat.
Meski begitu, tekad mencapai Tanah Suci membuatnya terus melaju.
Titik paling emosional justru terjadi mendekati akhir perjalanan, ketika ia mengambil miqat di Thaif.
“Bayangkan, 70 kilometer memakai ihram tanpa helm atau perlindungan lain. Itu momen paling spiritual dan berkesan,” katanya.
| Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR