GridOto.com - Industri komponen otomotif dalam negeri saat ini tengah menghadapi masa situasi babak belur.
Lesunya pasar mobil baru di Indonesia ditengarai menjadi penyebab, dari krisis yang dialami industri komponen otomotif.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan mobil baru memang terus menyusut dalam beberapa tahun belakangan.
Sebagai gambaran, sepanjang 2023 penjualan retail mobil baru berada di angka 998.059 unit.
Sementara di 2024 angkanya turun menjadi 889.680 unit.
Tahun ini, penjualan diprediksi kembali turun ke angka 700.000 unit.
Penurunan tahun ini sebenarnya sudah mulai terlihat, sebab sepanjang Januari-Juli 2025 penjualan retail hanya sebanyak 453.278 unit.
Angka itu turun sekitar 10,8 persen kalau dibandingkan Januari-Juli 2024, yang sebesar 508.041 unit.
Hal tersebut berdampak pada bisnis di industri komponen otomotif yang saat ini harus melakukan efisiensi, salah satunya dengan mengurangi jumlah karyawan.
Baca Juga: Subsidi Motor Listrik Tak Ada Kejelasan, Produsen Dilanda PHK Besar-besaran
Menurut Sekjen Gabungan Industri Alat-alat Mobil & Motor (GIAAM), Rachmat Basuki, PHK terjadi di beberapa perusahaan yang menjadi anggota asosiasi tersebut.
"Berdasarkan info dari beberapa anggota GIAMM, range pengurangan karyawan antara 3 sampai 23 persen, tergantung dari jenis perusahaan komponen atau partnya," ucap Rachmat kepada GridOto.com, Kamis (28/8/2025).
Ia mengatakan, efisiensi karyawan paling banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang hanya menjual produk mereka di dalam negeri.
"Untuk Industri komponen yang mampu ekspor, mereka masih bisa mempertahankan karyawannya," paparnya.
Adapun Rachmat mengatakan, penyebab lain yang turut memperparah kondisi sulit ini adalah derasnya mobil listrik impor utuh alias CBU.
Buat yang belum tahu, mobil CBU didatangkan langsung dari suatu negara, umumnya China, dengan kondisi utuh alias siap jalan.
Karena sudah hadir dalam kondisi utuh, mobil CBU tidak lagi memerlukan perakitan lokal serta komponen-komponen buatan dalam negeri.
"Kami berharap pemerintah membuat kebijakan untuk bisa meningkatkan domestic demand seperti saat Covid-19 (ada) insentif PPnBM DTP," tutupnya.
| Editor | : | Hendra |
KOMENTAR