Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Fakta Sejarah Jalur Legendaris Gumitir Jember, Salah Satu Tempat Buang Mayat PKI

Irsyaad W - Selasa, 26 Agustus 2025 | 11:10 WIB
Suasana di salah satu tikungan jalur Gumitir Jember menuju Banyuwangi, (12/8/25)
Mega Silvia/Kompas.com
Suasana di salah satu tikungan jalur Gumitir Jember menuju Banyuwangi, (12/8/25)

Jember dikenal sebagai daerah perkebunan. Menurut Hakim, ekspansi perkebunanlah yang mempengaruhi pembukaan jalur Gumitir.

Masa awal kemunculan perusahaan perkebunan swasta di Jember seperti NV. Landbouw Maatschappij Soekowono pada 1856 dan Landbouw Maatschappij Oud Djember (LMOD) pada 1859 hingga lahirnya perkebunan lain setelahnya.

"Secara tak langsung, ekspansi perkebunan memberikan pengaruh luar biasa untuk perkembangan infrastruktur," ujar pria kelahiran Kecamatan Patrang, Jember itu.

Perkebunan-perkebunan Jember melebarkan sayapnya hingga ke wilayah Besuki sampai Banyuwangi melalui jalur darat.

"Maka berkembangnya Jember juga mengangkat kota-kota di sekitarnya," ulas Founder Studi Arsip, Sejarah, dan Lingkungan, Sudut Kalisat itu.

Baca Juga: Ternyata Inilah Jalan Tol Tertua di Indonesia, Umurnya Sudah 40 Tahun Lebih

Suasana jalan Gumitir di antara kabupaten Jember dan Banyuwangi, Jawa Timur
Imam Nawawi/TribunJatim-Timur.com
Suasana jalan Gumitir di antara kabupaten Jember dan Banyuwangi, Jawa Timur

Setelah Hindia Belanda membangun jalan melewati Gunung Gumitir lantas menjadi akses distribusi hasil pertanian termasuk perkebunan.

Hakim mengisahkan cerita tutur yang didapat bahwa di sepanjang Gunung Gumitir, tepatnya di jurang-jurang yang kini ditanami kopi, dipakai untuk pembuangan mayat orang-orang yang dianggap terafiliasi dengan PKI pada 1965.

Antara tahun 2003 sampai 2005, masyarakat ramai menanam kopi di jurang-jurang dan lereng sepanjang Gumitir.

Padahal, dahulunya, Gumitir dipenuhi vegetasi pohon yang bahkan lebih rindang dari saat ini.

"Sebetulnya sejak awal (penanaman kopi rakyat) perlu ditertibkan," katanya.

Karena akar tanaman kopi tak mampu menahan tanah.

Barangkali, itu menjadi pengaruh sangat vital menambah retakan akibat tanah yang terus bergerak. Plengsengan yang banyak dibangun ikut perlahan retak terus menerus.

Baca Juga: Gegara Tiga Huruf, Tepi Jalur Puncak Bogor Kini Dipagar Besi Runcing

"Ketika longsor, kopi akan membawa banyak tanah," jelas Hakim yang juga aktivis lingkungan.

Tanah yang terus bergerak membuat jalur tak rata, miring, sering rusak, sehingga kerap mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

Hakim menjelaskan, berdasarkan ilmu geologi, gunung purba itu rapuh, tak sekuat saat ia aktif pada masa dulu.

Tak heran jika tanah longsor sering terjadi di jalur Gumitir, Jember.

Perbaikan berkali-kali hanya sebagai cara untuk membuatnya bertahan lebih kuat menopang arus lalu lintas kendaraan.

Seperti pereservasi yang saat ini tengah dilakukan di Km 233+500 atau yang lebih dikenal Tikungan Mbah Singo.

Pemasangan cor atau bored pile akhirnya menjadi penyangga tanah Gumitir, pengganti akar-akar pohon yang banyak digantikan tanaman kopi.

Editor : Dida Argadea

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa