- Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range 2024 — depresiasi 43 persen
Meski populer, Ioniq 5 tak bisa lepas dari tekanan pasar. Harga barunya Rp 895 juta, kini produk sekennya hanya dibanderol menjadi Rp 510 juta.
Penurunan sebesar Rp 385 juta menegaskan bahwa insentif mobil baru dan teknologi baterai yang cepat berkembang membuat EV cepat terkoreksi nilainya.
Baca Juga: Begini Cara Hindari Modus Penipuan Segitiga Saat Beli Motor Bekas
- BYD Atto 3 Superior 2024 — depresiasi 40 persen
SUV listrik ini punya desain unik dan fitur yang komplet. Namun, brand BYD masih membangun kepercayaan di Indonesia, sehingga ikut memengaruhi harga kendaraan bekas yang beredar.
BYD Atto 3 Superior 2024 memiliki harga jual Rp 520 juta, tetapi harga jualnya kini berada di Rp 310 juta atau turun Rp 210 juta (40 persen) dalam setahun.
- BYD Seal Performance 2024 — depresiasi 35 persen
Meski lebih baik dibanding EV lain di daftar ini, Seal Performance tetap mengalami penurunan harga Rp 260 juta dari harga barunya Rp 750 juta. Depresiasi 35 persen masih dianggap berat untuk sedan performa tinggi.
Dari daftar tersebut, diketahui bahwa mobil bensin dan hybrid mengalami depresiasi rata-rata hanya 10–16 persen di tahun pertama, sementara mobil listrik mengalami depresiasi sebesar 35–60 persen.
Pasar mobil bekas Indonesia sudah mapan dengan bensin dan hybrid. Suku cadang mudah, teknologi familiar, dan permintaan stabil.
Sebaliknya, EV masih menghadapi pasar yang belum matang, kekhawatiran baterai, dan perkembangan teknologi cepat yang justru mempercepat turunnya harga.
Menyiasati kerugian dari penjualan mobil bekas bukan hanya soal waktu melepas kendaraan, tetapi juga strategi sejak awal membeli.
Pilihlah merek dengan reputasi kuat di pasar bekas, karena faktor ini sangat berpengaruh terhadap nilai jual kembali.
Pertimbangan untuk mengambil varian hybrid juga bisa menjadi pilihan menarik, terutama bagi yang menginginkan kombinasi efisiensi bahan bakar dan harga yang relatif stabil.
Jangan lupakan perawatan rutin melalui servis resmi agar kondisi mobil tetap prima dan diminati pembeli. Sebaliknya, hindari tergesa membeli model baru yang pasarnya belum terbentuk, karena risiko depresiasinya lebih besar.
Satu hal lagi yang tak kalah penting, perhatikan juga tren permintaan di pasar, jangan hanya sekadar terbawa hype teknologi sesaat.
Pada akhirnya, membeli mobil bukan sekadar memilih kendaraan untuk hari ini, tapi juga mempertimbangkan bagaimana ia bertahan menghadapi waktu. Mobil yang tepat bukan hanya menyenangkan untuk dikendarai, tapi juga menenangkan hati saat saatnya dijual kembali.
| Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR