Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menyebut insentif pajak menjadi kunci untuk memulihkan penjualan mobil.
Ia mengusulkan pemberian insentif menyeluruh untuk semua teknologi kendaraan, termasuk ICE dan LCGC.
“Insentif bukan berarti subsidi atau utang. Ini hanya penundaan penerimaan negara untuk mendongkrak permintaan. Begitu pasar pulih, penerimaan negara akan kembali,” kata Kukuh dalam diskusi bertajuk Menakar Efektivitas Insentif Otomotif yang digelar Forum Wartawan Industri (Forwin) di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (19/5/2025).
Gaikindo mendorong agar Indonesia tidak hanya fokus pada satu teknologi seperti BEV.
Menurut Kukuh, mobil hybrid pun termasuk dalam kategori elektrifikasi dan punya peran penting dalam transisi energi bersih.
ICE dan LCGC juga tak boleh ditinggalkan, mengingat kontribusinya terhadap volume penjualan dan harga yang lebih terjangkau.
Pemerintah menekankan pentingnya produksi lokal untuk mendapatkan insentif.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai regulasi untuk mendukung elektrifikasi dan transisi energi bersih.
Salah satu instrumen kunci adalah kewajiban pemenuhan local purchase dan/atau TKDN dalam proses produksi.
Industri yang memenuhi kriteria tersebut akan mendapat berbagai insentif, baik fiskal maupun non-fiskal.
Hingga saat ini, terdapat 63 perusahaan produsen sepeda motor listrik dengan kapasitas produksi 2,28 juta unit per tahun.
Selain itu, ada sembilan perusahaan mobil listrik (kapasitas 70.060 unit per tahun) dan tujuh produsen bus listrik (kapasitas 3.100 unit per tahun). Total nilai investasi di sektor kendaraan listrik mencapai Rp 5,63 triliun.
Riyanto menambahkan, insentif otomotif terbukti berdampak signifikan terhadap perekonomian.
Ia mencatat bahwa insentif PPnBM 0 persen bisa meningkatkan PDB hingga 0,8 persen serta menambah lapangan kerja sebanyak 23 ribu orang di sektor otomotif, dan 47 ribu di sektor terkait.
Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya kebijakan fiskal jangka pendek seperti diskon PPnBM dan PPN untuk menyelamatkan industri mobil dari krisis.
Menurutnya, tantangan BEV saat ini adalah kecemasan jarak tempuh dan terbatasnya infrastruktur pengisian daya.
Sebaliknya, mobil ICE, LCGC, dan HEV lebih fleksibel dan cocok sebagai kendaraan utama masyarakat.
“Jangan takut kehilangan pendapatan karena insentif. Efek pengganda dari meningkatnya penjualan jauh lebih besar bagi ekonomi nasional,” pungkas Riyanto.
| Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR