Pemerintah juga tengah mengkaji perluasan insentif untuk teknologi otomotif lainnya seperti hybrid electric vehicle (HEV) hingga kendaraan berbasis hidrogen.
Langkah ini diambil untuk menggairahkan pasar otomotif yang mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir.
Ekonom dari LPEM UI, Riyanto, mengusulkan perluasan skema insentif fiskal berdasarkan emisi kendaraan.
Ia menilai mobil hybrid dan kendaraan hemat energi berbiaya terjangkau (LCGC) layak mendapatkan insentif PPN DTP dengan besaran lebih rendah dari BEV.
Seperti 5 persen untuk HEV dan 3 persen untuk LCGC. Saat ini, HEV dan LCGC sama-sama menikmati insentif PPnBM DTP sebesar 3 persen.
Menurutnya, insentif untuk HEV dan LCGC memberikan nilai tambah lebih tinggi karena tingkat komponen dalam negerinya (TKDN) telah melampaui 50 persen, dibanding BEV yang masih di bawah 40 persen.
Industri otomotif nasional mengalami tekanan. Penjualan mobil nasional turun dari 1 juta unit pada 2022 menjadi 865 ribu unit pada 2024.
Per April 2025, penjualan turun 2,9 persen menjadi 256 ribu unit, dibandingkan 264 ribu unit pada periode sama tahun lalu.
Jika tren ini berlanjut, penjualan mobil tahun ini diperkirakan turun 11 persen menjadi 769 ribu unit.
| Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR