Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Bisnis Jembatan Beromzet Rp 20 Juta Per Hari Haji Endang Diusik, Terancam Ditutup Setelah 15 Tahun

Irsyaad W - Sabtu, 3 Mei 2025 | 10:35 WIB
Jembatan perahu milik Haji Endang di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Cikwan/Tribun Jabar
Jembatan perahu milik Haji Endang di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Diketahui, jembatan tersebut dulunya merupakan perahu eretan yang dioperasikan secara manual untuk menyeberangkan kendaraan roda dua.

Kini, jembatan perahu berbasis ponton itu menjadi akses vital bagi ribuan pekerja pabrik di kawasan industri Klari dan Ciampel.

Seorang pengendara, Nugraha, mengaku sangat terbantu dengan keberadaan jembatan.

"Membantu, tidak apa-apa bayar Rp 2.000," katanya, (29/4/25).

Baca Juga: Sesuai Perda, Toko Penjual Knalpot Brong di Karawang Dikenakan Denda Rp 50 Juta

"Bisa jadi jalan pintas, kalau memutar lumayan lama." sambungnya.

Muhammad, pekerja di kawasan Surya Cipta, juga menyatakan hal serupa.

Menurutnya, jembatan sangat membantu mengejar waktu kerja di tengah kemacetan.

"Kalau telat takut kena sanksi. Kalau bisa jangan ditutup, diselesaikan antara kedua pihak bagaimana baiknya," ujarnya.

Jembatan perahu yang dibangun Muhammad Endang Junaedi dan menjadi jalan pintas warga Desa Anggadita, Kecamatan Klari, dan Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, sudah berusia 15 tahun.

Namun, bentuk perahunya telah berubah dari masa ke masa.

Dahulu, bentuknya bukan jembatan, melainkan perahu dari kayu yang dieret.

Baca Juga: Tahun Depan Ada Regulasi Baru Soal Pajak dan Balik Nama Kendaraan, Begini Detailnya

Karena itu, jika muatan penuh, perahu dieret menuju sisi sungai seberang dan pengendara yang tidak terangkut harus menunggu.

Kini, penampilannya lebih modern, dengan sekitar 11 perahu ponton yang dijajar dari sisi Dusun Rumambe 1, Anggadita, Kecamatan Klari, hingga Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel.

Di atasnya dipasang pelat besi atau baja. Kemudian, di sepanjang sisi-sisinya dipasang tali pengaman.

Area menuju jembatan diaspal dan dipasang penerangan, baik di sisi sungai Desa Anggadita maupun Parungmulya.

Konon, jalan di sisi Desa Anggadita itu merupakan jalan buntu yang sunyi.

Di sisi lain jembatan, ada sejumlah pekerja yang tengah melakukan pemeliharaan perahu.

Endang menyebut pegawainya hingga kini ada 40 orang, masing-masing memegang tugas tersendiri.

Baca Juga: Pebisnis Rental Mobil Gelisah, Begini Cara Main Pelaku Jasa Laundry GPS Mobil

Ada yang bertugas mengontrol dan mengawasi jembatan perahu, penarik uang dari pengendara, hingga teknisi. Mereka bekerja dengan sistem shift.

Menurut Endang, setiap hari tak kurang dari 10.000 pengendara motor melewati jembatan perahu ponton itu.

Ia menyebut tak kaku mematok pengendara harus membayar Rp 2.000.

"Pendapatannya tak kurang Rp 20 juta per hari," ucapnya.

Meski begitu, kata dia, tiap hari biaya operasional berkisar Rp 8 juta, mulai dari perawatan, penerangan, hingga upah.

"Perawatan itu termasuk juga perawatan jalan akses ke sini," ucap Endang.

Jembatan ini ramai dilintasi pengendara saat jam berangkat dan pulang kerja karyawan pabrik.

Sebab, banyak pekerja maupun warga menjadikannya jalan pintas.

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa