Saat itu pada tes pramusim MotoGP 2016 di Sirkuit Sepang, Baz mengalami insiden crash saat melaju di lurusan Sirkuit Sepang dengan kecepatan hampir 300 km/jam.
Crash parah tersebut ternyata bukan disebabkan karena daya cengkeram ban terhadap aspal yang hilang, seperti umumnya kejadian di MotoGP.
Namun crash tersebut terjadi gara-gara ban motor yang mendadak pecah cukup parah saat dipakai melaju di lurusan.
Investigasi lebih mendalam mendapati bahwa ban pecah itu terjadi karena tekanan ban yang dipakai Baz terlalu rendah.
Rumornya kru tim Avintia sengaja menggembosi ban tersebut jauh melewati anjuran dari Michelin, demi mendapatkan traksi lebih maksimal.
Namun kru Avintia tidak mau mengakui hal itu, sehingga pada akhirnya Michelin pun yang menjadi kambing hitamnya.
Akhirnya mereka mulai memberikan anjuran lebih ketat soal batas tekanan ban sejak kejadian Loris Baz tersebut.
Sayangnya karena sebatas anjuran dan bukannya aturan, maka banyak tim yang sengaja mencuri-curi kesempatan untuk menggembosi ban sebelum dipakai pembalap selama beberapa tahun.
Setelah banyak pro dan kontra serta saling tuduh antar tim, maka pada 2022 Michelin memasang sensor tekanan ban meski belum menerapkan hukuman.
Kemudian pada pertengahan 2023 hukuman diberlakukan agar para kru tidak sembarangan melakukan pengurangan tekanan ban.
| Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR