GridOto.com - Di balapan MotoGP Qatar 2025, ketatnya aturan tekanan ban MotoGP menghancurkan pesta podium Maverick Vinales.
Maverick Vinales harus kehilangan podium dua MotoGP Qatar 2025 yang sempat dicicipinya, lantaran terbukti melanggar aturan tekanan ban MotoGP.
Vinales mendapat hukuman berat penalti 16 detik, sehingga posisinya turun dari podium dua menjadi finis ke-14 dalam balapan 21 lap tersebut.
Kecewa itu pasti, namun sang rider masih bisa tersenyum karena merasakan kebahagiaan merayakan podium dan menunjukkan bahwa ada potensi besar dari motor KTM di sana.
"P2 di trek namun sayangnya hanya P14 di atas kertas. Tapi feeling-nya saja. Aku bahagia dengan hasilnya dan apa yang kami raih," tulis Vinales di akun Instagram-nya.
"Hari ini membuktikan potensinya. Kami memimpin, kami bertarung, kami percaya. Tak ada penalti yang dapat mengambil itu. Kerja keras dilanjutkan. Mari tetap bersiap untuk Jerez Tech3 Racing dan KTM Factory Racing. Kita pantas merayakannya bagaimanapun," tegasnya.
Ngomogin soal aturan batas tekanan ban yang merenggut podium Vinales, sebenarnya aturan ini berlaku pada pertengahan MotoGP 2023 silam.
Namun jika menelisik lebih ke belakang, cikal bakal aturan ini sebenarnya disebabkan kejadian horor hampir sedekade silam.
Baca Juga: Podium MotoGP Qatar 2025 Dibatalkan, Ini Alasan Vinales Tetap Happy
Aktornya adalah Loris Baz, pembalap asal Prancis yang membela tim Avintia Racing pada MotoGP 2016 lalu.
Saat itu pada tes pramusim MotoGP 2016 di Sirkuit Sepang, Baz mengalami insiden crash saat melaju di lurusan Sirkuit Sepang dengan kecepatan hampir 300 km/jam.
Crash parah tersebut ternyata bukan disebabkan karena daya cengkeram ban terhadap aspal yang hilang, seperti umumnya kejadian di MotoGP.
Namun crash tersebut terjadi gara-gara ban motor yang mendadak pecah cukup parah saat dipakai melaju di lurusan.
Investigasi lebih mendalam mendapati bahwa ban pecah itu terjadi karena tekanan ban yang dipakai Baz terlalu rendah.
Rumornya kru tim Avintia sengaja menggembosi ban tersebut jauh melewati anjuran dari Michelin, demi mendapatkan traksi lebih maksimal.
Namun kru Avintia tidak mau mengakui hal itu, sehingga pada akhirnya Michelin pun yang menjadi kambing hitamnya.
Akhirnya mereka mulai memberikan anjuran lebih ketat soal batas tekanan ban sejak kejadian Loris Baz tersebut.
Sayangnya karena sebatas anjuran dan bukannya aturan, maka banyak tim yang sengaja mencuri-curi kesempatan untuk menggembosi ban sebelum dipakai pembalap selama beberapa tahun.
Setelah banyak pro dan kontra serta saling tuduh antar tim, maka pada 2022 Michelin memasang sensor tekanan ban meski belum menerapkan hukuman.
Kemudian pada pertengahan 2023 hukuman diberlakukan agar para kru tidak sembarangan melakukan pengurangan tekanan ban.
| Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR