GridOto.com - Siapa tahu berminat, Jepang buka lowongan pekerjaan untuk sopir bus dan truk.
Ini terkait krisis ketenagakerjaan di Jepang akibat berkurangnya jumlah penduduk.
Alhasil pemerintahnya melakukan program Tokutei Ginou (TG) atau sistem pekerja keterampilan khusus.
Dengan demikian, status kependudukan dapat diberikan kepada warga negara non-Jepang, yang memiliki keterampilan khusus mengisi bidang-bidang selain pekerjaan sederhana, seperti sopir bus dan truk.
Bowo Kristianto, Director Japan Indonesia Driving School (JIDS) di Karangayar, mengatakan krisis sopir bus dan truk di Jepang membuka peluang kepada warga Indonesia, untuk turut serta menjadi peserta didik atau calon sopir bus dan truk di sana.
“Menurunnya angka kelahiran di Jepang, membuat generasi penerus menurun, sehingga tenaga kerja sopir banyak berkurang, kami menjadi pelopor penyaluran peserta didik dari Indonesia,” ucap Bowo dikutip dari Kompas.com (9/3/2025).
Bowo mengatakan, peluang ini diprediksi akan terus berlanjut karena sampai saat ini pihaknya masih kesulitan memenuhi permintaan sopir untuk diberangkatkan ke Jepang.
“Standar gajinya tinggi, bonus juga ada 2 kali tiap tahun, penghasilan kotor setahun bisa sampai 4,5 juta yen, atau setara Rp 450 juta per tahun, artinya rata-rata sebulan Rp 37,5 juta, belum termasuk lemburan,” ucap Bowo kepada Kompas.com, Minggu (9/3/2025)
Selain itu, menurut Bowo, menjadi sopir di Jepang lebih rendah risiko kecelakaan karena jam kerja lebih teratur dengan sistem shift yang jelas.
Perusahaan bisa kena sanksi bila mempekerjakan karyawan melebihi batasnya.
“Bus atau truk selalu dalam kondisi prima, tidak overloading dan over dimensi, tiap 3 bulan wajib diperiksa di badan khusus agar mendapatkan lisensi kelayakan, bila tidak perusahaan bisa kena sanksi, izin dicabut,” ucap Bowo.
Menurut Bowo, mereka harus memiliki etika dalam berkendara, termasuk tidak boleh ugal-ugalan di jalan.
Apabila melanggar, izin mengemudi bisa dicabut dan kena denda cukup besar.
“Bagian yang sulit kan memunculkan service manner pada setiap sopir, karena budaya berkendara di Indonesia dan Jepang sangat berbeda, tapi itu bisa dilatih atau bila sudah terbiasa,” ucap Bowo.
| Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR