Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Cikal Bakal Metromini yang Dulu Jadi Angkutan Peserta Asian Games Tahun 1962

Ignatius Ferdian - Senin, 20 Agustus 2018 | 07:00 WIB
Ilustrasi angkutan umum kopaja dan metromini
Warta Kota
Ilustrasi angkutan umum kopaja dan metromini

GridOto.com - Selama perhelatan Asian Games 2018 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melarang Metromini dan Kopaja melintas jalan protokol.

Padahal kalau ditarik melalui sejarah, bus-bus tersebut malah lahir dari Asian Games.

Namun kala itu bus-bus tersebut dikenal dengan nama bus merah yang diperkenalkan melalui Gubernur Soemarno di Jakarta atas instruksi Presiden Soekarno pada tahun 1962.

Tujuan awal dioperasikannya bus adalah untuk kebutuhan transportasi peserta Pesta Olahraga Negara Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces.

(BACA JUGA : Harusnya Jokowi Naik Yamaha FZ1 yang Ini, Kelirnya Indonesia Banget!)

Bus merah, cikal bakal metromini
Bus Klasik - WordPress.com
Bus merah, cikal bakal metromini

Saat itu di Jakarta, moda transportasi massal baru beralih dari kereta listrik (trem) yang dioperasikan oleh Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) yang dihentikan tahun 1960, dan bus pertama yang dioperasikan PPD adalah bus Leyland bantuan Australia pada 1956.

Pada awal operasionalnya belum ada manajemen yang dibentuk untuk mengelola bus-bus tersebut, dan Metromini dikenal dengan sebutan "bus merah". 

Setelah pesta olahraga usai bus-bus merah ini tetap beroperasi dan oleh Gubernur Henk Ngantung di tahun 1964, dititipkan pada perusahaan swasta seperti Arion namun tak mampu dikelola dengan baik.

Pada tahun 1976 PT Metromini didirikan bersamaan dengan Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) untuk menaungi 152 orang yang mengoperasikan 313 bus mini atas instruksi Gubernur Ali Sadikin.

(BACA JUGA : Biar Enggak Encok! Ini Teknik Bangunkan Moge Jatuh dari Klub MBI)

Pada tahun 1980, bus-bus tua bagaikan roti ini kemudian diperbarui dengan bus-bus Toyota.

Hingga awal 2000-an, armadanya terus bertambah dan menjangkau hampir seluruh jaringan jalan raya Ibu Kota.

Tarifnya yang murah dan rata untuk sekali jalan membuat bus ini menjadi andalan.

Di era kepemimpinan Ahok keberadaan Metro Mini dan Kopaja mulai terancam dengan adanya Transjakarta.

(BACA JUGA : Widih, Helm yang Dipakai Jokowi Ternyata Harganya Jutaan Rupiah)

Selain itu, Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi mengamanatkan semua angkutan umum harus diremajakan setelah 10 tahun.

Karena rata-rata Metromini dan Kopaja berumur di atas 10 tahun maka Ahok ingin pemilik kendaraan tersebut bergabung di bawah bendera Transjakarta.

Ilustrasi bus transjakarta
Kompas.com
Ilustrasi bus transjakarta

Tapi pemilik keberatan karena tak sanggup jika harus membeli armada baru.

Selain itu, Ahok meyakini bus yang beroperasi memang sudah tak laik jalan dan dikendarai ugal-ugalan.

(BACA JUGA : Jasa Marga Terapkan Lajur Khusus untuk Atlet Asian Games di Tol)

Ahok yang kala itu sudah bersiap untuk perhelatan Asian Games 2018, membuka rute-rute yang dilayani Metro Mini dan Kopaja untuk mematikannya secara perlahan.

Ia bahkan berjanji, saat Asian Games 2018, tak ada lagi Metromini dan Kopaja jelek.

Tapi pada akhirnya pemerintah menoleransi keberadaan Metromini dan Kopaja.

Meskipun begitu permasalah antara bus-bus tersebut sering terjadi dengan Transjakarta.

(BACA JUGA : Motor Pengangkut Sampah Ini Jadi Saksi Dibalik Kisah 43 Paskibra di Asmat, Sukses Antar Sampai Tempat Upacara)

Ini disebabkan trayeknya diserobot transjakarta padahal mereka punya izin yang diperpanjang.

Mereka tak sanggup membeli kendaraan baru dan memilih menjual armadanya menjadi rongsokan dan alih usaha.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan pihaknya sebenarnya bisa saja mengandangkan bus-bus yang tak laik jalan ini sesuai dengan Perda Transportasi.

Namun menurutnya, itu terlalu menekan pemilik mobil.

(BACA JUGA :  Ganjar Pawai Pesta Rakyat Pakai Vespa Dan Jaket Denim Lukis)

"Konsep yang akan nanti kita akan terapkan itu bukan ingin menjadi Metromini punah, bukan Kopaja punah," ujar Andri.

"Malah justru, ke depan, kita ingin memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada operator existing untuk tetap melakukan usaha di bidang transportasi," tambahnya, Minggu (19/8/2018).

Andri mengatakan kebijakan ini sesuai dengan keingin Gubernur DKI Anies Baswedan.

Anies disebut ingin tak hanya penumpang yang untung, namun juga sopir dan pemilik armada.

(BACA JUGA : Tingkatkan Kualitas, Wahana ajak Karyawan Lakukan Team Building)

Andri menyakini lambat laun, pemilik kendaraan akan bergabung.

"Ya optimis dong. Harus optimis. Selama niat kita mensejahterakan masyarakat. Ada operator, usaha, ada masyarakat, semua ingin menjadi bagus insya Allah bagus," kata dia. 

Editor : Hendra
Sumber : Kompas.com

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa