Namun, dalam beberapa bulan terakhir, aktivitas ekonomi mulai menunjukkan perbaikan seiring upaya pemerintah mempercepat laju pertumbuhan.
Ia menyebutkan, ketika pertumbuhan ekonomi bisa didorong mendekati 6 persen, permintaan kendaraan berpotensi ikut meningkat.
Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi masih berjalan lambat, penjualan mobil dinilai akan sulit mencatatkan kinerja positif.
Karena itu, fluktuasi penjualan otomotif lebih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara keseluruhan.
"Jadi, bukan karena insentif, tapi karena daya beli membaik, karena ekonominya berjalan lebih bagus, karena kita harus lebih bagus," tegas Purbaya.
Baca Juga: Wacana Insentif Dihapus, Begini Pandangan GAIKINDO Soal Pasar Otomotif di 2026
Jika Menkeu Purbaya masih pikir-pikir, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah memberikan arahan tegas soal insentif mobil listrik.
Kata Airlangga, tahun depan tidak ada insentif kendaraan listrik.
Kenapa? Jadi, selama dua tahun pemberian insentif dari pemerintah, Airlangga melihat sudah ada hasilnya. Beberapa mobil listrik yang dijual di Indonesia dirakit juga di tanah air.
Tapi, Airlangga meneruskan permintaan Presiden RI Prabowo Subianto, di mana insentif lebih baik untuk kebutuhan pembangunan pabrik saja.
"Insentif sudah diberikan sepanjang dua tahun untuk mendirikan pabrik. Hasilnya sudah nyata, hampir semuanya (kendaraan listrik) sudah di CKD-kan di Indonesia," kata Airlangga di GJAW 2025, (28/11/25) lalu disitat dari Kompas.com.