‘Ongkos Jalan’ Bus Listrik Transjakarta Jauh Lebih Murah dari Bus Biasa, Tapi Kok Tetap Dianggap Kemahalan?

Muhammad Rizqi Pradana - Senin, 28 September 2020 | 18:04 WIB

Meskipun bus listrik punya 'ongkos jalan' atau biaya energi yang lebih murah dibandingkan bus konvensional, PT Transjakarta menganggap tarif tersebut masih kemahalan. (Muhammad Rizqi Pradana - )

Baca Juga: Seluruh Bus Listrik Transjakarta Ditargetkan Rampung Tahun 2030

Alasannya, Total Cost of Operation (TCO) bus listrik tetap lebih tinggi dibandingkan bus konvensional dengan bahan bakar gas maupun diesel.

“Karena biaya investasi bus listrik dan charger ditambah dengan biaya instalasinya mahal, bahkan mencapai 61 persen dari TCO tadi,” jelasnya.

Oleh karena itu, pihaknya ingin agar TTL yang ditetapkan PLN untuk angkutan umum bisa ditekan lebih murah lagi.

“Harga Q-nya sudah bagus, tapi dari kisi-kisi tarif tadi, faktor Q untuk angkutan umum kalau bisa langsung 0,8," ujar Yoga sembari tertawa.

Baca Juga: Kadishub DKI : Jangan Sampai Kendaraan Listrik Hanya Hangat Tahi Ayam

Istimewa
Meskipun punya biaya energi yang lebih murah, ternyata TCO bus listrik lebih mahal dibandingkan bus konvensional.

"Kalau seandainya biaya-biaya seperti biaya instalasi, pajak, termasuk biaya listriknya sendiri bisa turun, maka akan bisa menurunkan TCO ratio itu sendiri," imbuhnya.

PT Transjakarta sendiri menargetkan 50 persen dari total armada mereka di tahun 2025 sudah berupa bus listrik.

Mengingat target armada Transjakarta pada tahun 2025 adalah 8.882 unit bus, maka target armada bus listrik mereka di tahun yang sama adalah 4.441 unit bus listrik.

“Makanya kami berusaha merancang TCO bus listrik yang sustainable, agar nantinya tidak ada balik arah kembali ke bus konvensional setelah bus listrik beroperasi,” pungkasnya.