Yuk Pahami Kode-kode Pesepeda, Biar Aman dan Harmonis di Jalan

Dwi Wahyu R. - Jumat, 3 Juli 2020 | 19:00 WIB

Ilustrasi pesepeda memberikan sinyal tangan saat membelok (Dwi Wahyu R. - )

Biasanya sebelum melakukan manuver belok, pesepeda akan menengok ke belakang (shoulder check) beberapa kali untuk mengecek kondisi lalu lintas di belakangnya.

"Mesti dipastikan kondisi lalu lintas di belakang kita sepi dalam radius 100 m, baru mulai memberi sinyal tangan dan melakukan manuver membelok," kata alumni Universitas Trisakti ini.

Dwi Prasetyo
Ilustrasi pesepeda di jalanan Jakarta

Baca Juga: Pasang Rak Sepeda di Mobil, Ini Dua Jenis Bike Rack yang Populer

Shoulder check ini juga kerap dilakukan bila pesepeda akan menyalip atau melewati pesepeda lain yang melaju lebih lambat atau menghindari rintangan.

"Cuma kalau menyalip enggak pakai sinyal tangan karena kedua tangan mesti di setang biar lebih aman dan nyaman saat menyalip," tutur warga Bekasi ini.

Selain memahami sejumlah kode pesepeda ini, pengemudi mobil atau motor juga mesti menjaga jarak dengan pesepeda yang ada di depan atau sampingnya.

"Idealnya jarak aman antara pengendara sepeda dengan kendaraan bermotor di sampingnya itu sekitar 1,5 m," lanjut pria ramah yang doyan minum kopi ini.

Jarak aman ini bertujuan memberi ruang aman bagi pesepeda sekaligus mengantisipasi bila pesepeda melakukan manuver mendadak seperti mengerem untuk menghindari lubang, rintangan, dan orang yang tiba-tiba menyeberang.

Dwi Prasetyo
Ilustrasi pesepeda di jalan raya Jakarta
 

Baca Juga: Lagi Tren Naik Sepeda, Pakar Safety Sebut Pengguna Jalan Harus Saling Disiplin dan Tahu Diri

"Karena sepeda enggak bisa rem dadakan kayak sepeda motor, sepeda kan bannya kecil atau tipis. Belum lagi kalau pakai cleat shoes yang kadang membuat pesepeda kesulitan melepas kakinya dari pedal saat rem mendadak," tambah pria yang juga hobi lari ini.

Perilaku lain pesepeda yang mesti dipahami pengemudi mobil atau motor adalah pesepeda sering tidak mau melaju terlalu mepet ke kiri.

Tujuannya sama seperti di atas, yaitu memberi ruang agar bisa menghindar dari lubang di jalan, mobil atau motor yang diparkir di pinggir jalan.

"Apalagi kalau pakai sepeda road bike yang bisa melaju dengan kecepatan rata-rata 25-45 km/jam, biasanya akan mengambil lajur 2 untuk menghindari rintangan yang banyak muncul di lajur 1," ucapnya lagi.

"Ini sekaligus antisipasi kalau ada mobil yang mau masuk atau keluar dari gedung, kebayang kan sulitnya menghindar atau mengerem sepeda dengan ban tipis yang melaju dengan kecepatan segitu," tutup Dwi.