Eksplor Dieng Lanjut Trabas Menoreh Bareng Komunitas Honda Big Bike Jogja, Tuman Banget!

Ditta Aditya Pratama - Minggu, 21 April 2019 | 08:08 WIB

Divisi Tuman Honda Big Bike Jogja ke Dieng (Ditta Aditya Pratama - )

Pukul 18:00 WIB, sampai juga kami di Puncak Suroloyo. Kapok? Enggak. Jujur jalurnya nagih.

"Iya gelap sih enggak keliatan jurangnya. Itu ada yang rutenya kayak jembatan jurangnya di kanan-kiri," kata Om Uki sembari kami ngopi di Kopi Suroloyo yang sohor dengan biji robustanya itu.

Enggak ngerti juga kenapa kami terus ketemu dengan orang-orang yang sama 'tumannya', sebab ternyata saat itu ada kopdar anak Supermoto Indonesia (SMI) chapter Jogja yang dikomandoi Bro Aan Mei di Kopi Suroloyo.

Melihat saya yang pakai motor tak lazim, mereka langsung ribut-ribut macam terka-perkara. 

Akhirnya obrolan makin seru karena kami yang datang berdua, malah jadi ngobrol bareng. Asli langsung cair!

Apalagi saat kawan Om Uki datang dengan BMW F650GS, wah jadi ramai lagi deh.

Bener yang orang-orang bilang, gara-gara motor semua bisa jadi temen. Hal itu betulan saya temukan dari perjalanan kali ini. Banyak muka-muka gak kenal tiba-tiba nyambung aja saat ngobrol.

Sekitar pukul 19:00 WIB kami memutuskan turun balik ke Muntilan. Namanya juga bareng warga lokal, jalanan turunan berliku tetap saja speed 60-80 km/jam.

(Baca Juga : Nah Loh, Ternyata Ada Rute Paris-Dakar di Kabupaten Bandung Barat!)

Cuma perlu waktu 45 menit kami sampai di Muntilan. Sampai rumah Om Uki lagi, hujan rintik-rintik turun. Ah pas banget.

Total perjalanan Muntilan-Dieng-Kepil-Suroloyo-Muntilan saya catat sekitar 320 km.

"Kalau enggak ada kamu, enggak sampai setengah jam turun," ujar Om Uki sambil beres-beres.

"Gila amat."

"Ya tadi kan saya liat di spion, kalau kamu ilang, saya pelanin. Kalau udah keliatan, ngegas lagi."

Pantes saya merasa kayak dikerjain selama perjalanan pulang dari Suroloyo tadi.

Istirahat sejenak dan ngobrol-ngobrol, saya harus pamit lanjut ke Solo, ke basecamp GridOto. Saat itu sudah pukul 21:00 WIB dan saya putuskan lewat Ketep-Selo-Boyolali daripada muter dulu ke Jogja.

"Beneran pulang lewat Ketep? Kirain mau nginep. Gila, kuat amat?" ujar Om Uki keheranan.

Baru beberapa saat sebelumnya saya ngatain Om Uki gila karena kecepatannya turun dari Suroloyo, sekarang saya dibalas dikatain gila juga.

Tapi buat saya, setiap turing itu harus bisa pulang ke rumah dengan selamat. Itu tujuannya. Pulang agar bisa menceritakan hal yang seru selama turing itu. Pulang agar bisa menentukan lagi mau ke mana lagi berikutnya.

Kalau kamu, mana yang lebih penting saat turing, perjalanannya atau tujuannya?