Eksplor Dieng Lanjut Trabas Menoreh Bareng Komunitas Honda Big Bike Jogja, Tuman Banget!

Ditta Aditya Pratama - Minggu, 21 April 2019 | 08:08 WIB

Divisi Tuman Honda Big Bike Jogja ke Dieng (Ditta Aditya Pratama - )

Etape terakhir sebelum kembali ke Muntilan melewati rute alternatif Tikungan Sewu di Kalibawang. Ini juga jalurnya benar-benar manjain pecinta cornering.

Ditambah lagi, sepanjang perjalanan pulang hujan turun sebentar saja, enggak seperti perjalanan bulan lalu ke Pacitan yang full basah-basahan terus.

Rute yang kami lalui menembus perkampungan di Kalibawang. Hati-hati kalau mau lewat sini sebab banyak jebakan berduri.

Sudah itu jebakannya ada di pinggir jalan, ya jelas deh kami terpaksa berhenti. Malah Om Anton dan Om Antony (iya ada 2 orang yang namanya cuma beda 1 huruf) sudah bela-belain bawa tupperware buat bawa pulang jebakan berduri ini.

Ditta Aditya Pratama / GridOto.com
Jebakan berduri kayak begini, jangan dilawan. Pakai moge ratusan juta pun nyerah!

Rute Kalibawang sampai Kepil ini sebenarnya bukan rute umum. Ini hasil ulikan Om Aat dan Om Uki yang hobi banget menyasarkan diri. Medannya jalanan aspal rada rompal sana-sini yang malah bikin seneng pengguna motor dual purpose.

Yang kasihan sih Om Eko yang pakai Honda Rebel, mau ngedumel dijamin enggak bisa. Yang ada nanti malah ditinggal.

Rute tembus Kalibawang-Kepil sepanjang 20 km ini bermuara di jalur utama Wonosobo-Purworejo.

Sudahan enduronya? Belum Sob! Justru kami dibelokin lagi menuju Banyuasin dan menanjak ke Loano. Rutenya cukup sempit dan menyusur sungai Bogowonto.

Puas susur Bogowonto, kami mulai menanjak perbukitan Menoreh dan masuk lagi ke Provinsi DI Yogyakarta.

Saat itu sudah pukul setengah 6 sore. Cahaya sudah mulai temaram. Saya dan Om Uki berpisah dengan rombongan utama yang mengarah ke Yogyakarta via Sedayu tembus Wates.

"Kita ke Muntilan mampir ke Suroloyo dulu, perjalanan kita masih jauh." Ia mengarahkan motornya ke jalur Nglinggo.

Sudah mulai gelap, kami yang tinggal berdua ngegas makin kencang melipir puncakan Menoreh. Sempat berhenti sejenak menikmati sisa-sisa mentari yang ronanya jingganya berubah menjadi lembayung.

Subkhi Kuncorojati untuk GridOto.com
Melipir Pegunungan Menoreh bareng 'warga lokal'

"Ini siapa sih yang bikin jalanan di sini, sempit, pinggir jurang, kayak antah berantah. Buat apa juga?" tanya saya.

"Ya buat saya pake trabasan, hahaha," puas banget Om Uki ketawanya saat itu.

Kalau enggak bawa warga lokal, lebih baik jangan deh coba melipir dari Nglinggo sampai Suroloyo saat malam hari. Apalagi kalau sudah ada kabut. Bisa ampun-ampunan.

Kalau ngomongin kondisi jalan, sebenarnya cukup bagus untuk ukuran antah berantah. Sudah diaspal walau ada lubang di sana sini.

Yang bikin ngeri adalah kondisinya yang benar-benar melipir jurang.