Memahami Lagi Cara Kerja Motor Berteknologi Injeksi

Luthfi Anshori - Kamis, 18 Januari 2018 | 14:20 WIB

Mesin All New Honda CBR250RR yang berteknologi PGM-FI (Luthfi Anshori - )

  GridOto.com – Pabrikan motor saat ini sudah membekali setiap motor barunya dengan teknologi injeksi.

Namun, tahukah Anda bagaimana sistem injeksi bekerja?

Pada dasarnya, prinsip kerja sistem injeksi adalah mengontrol aliran bahan bakar secara elektronik, mulai dari tangki hingga masuk ke ruang bakar.

Aliran bahan bakar ini diproses dalam bentuk kabut dengan volume, sesuai permintaan mesin.

Sehingga, teknologi ini tentunya lebih irit dari teknologi pengabut bahan bakar karburator.

Adapun otak pengontrolnya adalah ECU (Engine Control Unit) atau bisa juga disebut ECM (Engine Control Modul).

Nah, bagaimana prosesnya sampai bisa didapat semprotan kabut bensin sesuai permintaan mesin?

(BACA JUGA: Motor Injeksi Kamu Alami Brebet? Begini Solusinya)

"Ketika kunci kontak di posisi On, pompa bahan bakar atau fuel pump akan bekerja selama 2 detik dan memberi tekanan pada selang bahan bakar," kata Dwi Wahyono , Technical Training Instructor Astra Motor Yogyakarta kepada GridOto.com (16/1).

Setelah mesin di-start, sensor-sensor seperti throttle position sensor (TPS), intake air temperature (IAT), manifold air pressure (MAP), engine oil temperature (EOT), dan O2 sensor memberikan input ke ECM.

"Setelah motor di-starter, pompa bahan bakar akan bekerja kembali dan injektor akan menyemprotkan bahan bakar. Semua kerja sistem injeksi akan di kontrol oleh Engine Control Modul berdasar input-an sensor-sensor," tambah Dwi.

Lalu, seperti apa input yang diberikan sensor-sensor tersebut?

(BACA JUGA: Sebelum Nyalakan Motor Injeksi, Haruskah Tunggu Lampu Indikator Mati?)

"Input yang diberikan sensor adalah tegangan. Sebelumnya, sensor disuntik tegangan telebih dulu oleh ECM sebesar 5 Volt, kecuali O2 sensor. Karena sensor ini menghasilkan tegangan sendiri tanpa disuntik oleh ECM," papar Sriyono, Technical Service Division PT Astra Honda Motor (AHM), dikutip dari motorplus-online.com.

Sensor-sensor ini adalah variable resistor yang sifatnya memberikan tahanan.

Ketika arus diberikan hambatan secara variabel, maka tegangan yang dikeluarkan akan berubah-ubah sesuai besarnya hambatan yang diberikan.

"Perubahan kondisi mesin yang dibaca itu membuat besaran tahanan pada sensor ikut berubah. Sehingga tegangan yang dikirim sensor ke ECM ikut berubah sesuai kondisi mesin yang dibaca," pungkas Sriyono.