GridOto.com - Salah satu upaya untuk mencari pengganti miyak bumi adalah dengan menggunakan biofuel.
Biofuel adalah bahan bakar yang terbarukan (renewable) yang secara teknik paling siap saat ini.
Nah, salah satu biofuel untuk mesin bensin adalah bioetanol atau etanol.
"Etanol sebagai bahan bakar tidak dibuat dari minyak bumi, melainkan dari bahan organik yang mengandung gula, pati, atau selulosa," jelas Prof. Ir. Ronny Purwadi, M.T., Ph.d, Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung.
Tanaman yang bisa dibuat menjadi Bioetanol adalah bahan berpati seperti biji sorgum (jagung cantel), hanjeli, sagu, ubi jalar, singkong/gaplek, ganyong, garut, umbi dahlia.
Baca Juga: Mobil Produksi Massal Pertama di Dunia Ternyata Bisa Minum Etanol
Atau bisa juga dari bahan bergula seperti nira dan tetes tebu, nira nipah, nira sorgum manis, sari buah mete, nira siwalan, dan nira aren.
"Sekarang yang dikembangkan adalah bioetanol generasi kedua yang menggunakan bahan berserat atau lignoselulosa," terang pria yang sudah puluhan tahun meneliti bioetanol.
Tanaman-tanaman tadi diolah menjadi bioetanol melalui proses hidrolisis dan fermentasi plus dehidrasi seperti yang telah dilakukan oleh pabrik-pabrik tebu dengan bahan baku tetes tebu.
Bioetanol yang dihasilkan bisa digunakan dalam kondisi murni atau dicampur dengan bahan bakar minyak seperti E10, E20, E85.
Apakah mobil-mobil yang dipasarkan APM di Indonesia saat ini sudah bisa pakai BBM dengan campuran etanol 10 persen?
Baca Juga: Mobil Pakai Bensin dengan Etanol 10 Persen, Ternyata Begini Kata APM
"Pada dasarnya kendaraan berbahan bakar gasoline yang dipasarkan oleh Mitsubishi Motors di Indonesia dapat mengkonsumsi kadar ethanol hingga 10%," jelas Masaaki Fujiwara, Director of Product Strategy Division PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia.
Menurut Fujiwara, hal tersebut bisa dilihat pada manual book kendaraan Mitsubishi Motors yang bisa diakses melalui aplikasi MMID.
Hal senada juga disampaikan pihak Toyota. "Seluruh kendaraan Toyota yang kami jual saat ini di Indonesia sudah kompatibel untuk menggunakan bahan bakar dengan kandungan Ethanol hingga 10% atau E10," kata Philardi Sobari, Head of Public Relation PT Toyota-Astra Motor.
Meski demikian, menurutnya, pelanggan mesti tetap mengikuti rekomendasi angka oktan bahan bakar sesuai dengan yang tertera di buku manual untuk performa dan daya tahan kendaraan yang optimal.
Baca Juga: Kenapa Etanol Lebih Ramah Lingkungan Dibanding Bensin Fosil?
Buat contoh hal ini bisa dilihat di owners manual Mitsubishi Xpander pada bagian rekomendasi bahan bakar.
Di sana ditulis "Pencampuran hingga 10 % ethanol (grain alcohol) dan 90 % bensin bebas timbal dapat anda lakukan pada kendaraan anda, agar dapat menghasilkan kadar oktan yang setidaknya sama dengan rekomendasi minimal untuk bensin bebas timbal."
Hal serupa juga ditemukan di buku panduan pemilik Suzuki Fronx, Ertiga, dan Grand Vitara.
Di sana disebutkan "Campuran bensin tanpa timbal dan etanol (grain alcohol), juga dikenal sebagai gasohol, tersedia secara komersial di daerah-daerah tertentu. Campuran jenis ini direkomendasikan untuk kendaraan Anda jika tidak lebih dari 10% etanol. Periksa campuran bensin - etanol ini memiliki angka oktan lebih rendah dari yang direkomendasikan untuk bensin."
| Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR