Kala itu Henry Ford melihat etanol ini merupakan bahan bakar masa depan karena dibuat oleh rakyat yang bisa membantu ekonomi daerah.
"Namun sekitar tahun 1930-an mulai orang menemukan minyak bumi. Dan minyak bumi ini kemudian diproduksi secara besar-besaran dan harganya kemudian murah. Karena harganya murah lebih menarik dari etanol, sehingga etanol itu mati," ungkapnya.
Menurut Prof Ronny, saat ini etanol yang kembali dilirik oleh pemerintah dari berbagai negara di dunia karena berkaitan dengan isu lingkungan.
Orang mulai melihat kita harus mengurangi penggunaan minyak bumi karena sisa pembakarannya tidak ramah lingkungan.
Berbeda dengan bioetanol yang disebut Ronny memiliki kelebihan soal renewable dan net zero emission.
"Saat etanol ini dipakai di dalam mobil, mobilnya itu membakar etanol menghasilkan CO2. Tetapi CO2 ini kemudian bisa diserap lagi oleh tanaman melalui fotosintesis, jadi lagi tanaman," jelas Ronny.
"Kemudian tanaman itu diolah lagi menjadi etanol, dan demikian seterusnya. Sehingga boleh dikatakan tidak ada penambahan CO2 di udara. Jadi orang bilang ini net zero emission," tuturnya.
Nah, meski baru ramai di Indonesia belakangan ini, ternyata penggunaan etanol di kendaraan justru sudah ada sebelum bahan bakar minyak hadir!
| Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR