Masalahnya, cairan rem memiliki sifat higroskopis akibat mudah menyerap air dari udara.
Air yang masuk ke dalam sistem pengereman dapat menurunkan titik didih cairan rem.
Bahkan kontribusi air 3% di cairan rem akan menurunkan titik didih hingga sekitar 100 derajat Celcius.
Contoh: titik didih Prestone Brake Fluid DOT 4 sebagai standar untuk EV atau mobil listrik adalah 265 derajat Celcius (kondisi baru).
Saat terkena kontaminasi air 3%, maka titik didihnya turun menjadi 155 derajat Celcius.
"Karena bersifat higroskopis, cairan rem sebaiknya tidak disimpan dalam jangka waktu lama setelah tutup botol dibuka," ungkapnya.
Karenanya Prestone merilis produk dengan beragam kemasan: 50 ml, 300 ml, dan 1.000 ml.
Baca Juga: Prestone Hadirkan Transmission Fluid Series, Ini Kelebihannya
Menurutnya, hanya bermodalkan hasil riset yang panjang di Indonesia, Prestone Brake Fluid diklaim menjaga kadar air dalam batas aman.
Sebelum dipasarkan, cairan rem ini telah melewati tahapan quality control, di antaranya adalah pengujian kadar air di laboratorium milik PT AI.
Diproduksi untuk wilayah tropis, cairan rem ini memiliki kadar air di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) yakni 0,3%.
Bahkan, penurunan performa akibat iklim tropis yang mencapai kelembapan hingga 80% pada produk Prestone yang masih tersegel pun tidak terjadi.
”Alat ini tentunya lebih akurat daripada alat-alat yang ada di lapangan seperti test pen yang mengukur konduktivitas saja dan dikorelasikan dengan kadar air. Padahal banyak hal lain seperti aditif yang bisa mengubah konduktivitas di dalam cairan rem selain kadar air,” jelas Henry Sada.
”Cairan rem kami bahkan masih memenuhi standar kualitas SNI untuk kadar air di bawah 0,3% setelah disimpan selama setahun dan dites kembali," tutupnya.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR