Ketika ada sedikit ketidaknyamanan, ia kesulitan untuk memaksimalkan potensinya.
Namun, Lorenzo tetap memuji semangat pantang menyerah Bagnaia.
"Yang saya suka dari Pecco adalah karena dia tak menyerah, makanya saya membela dia. Pecco adalah pembalap perfeksionis yang butuh semuanya sempurna agar bisa kompetitif," tambahnya.
Di sisi lain, Marquez terbukti bisa tampil cepat bahkan saat motor tidak sempurna.
Hal ini juga diakui oleh General Manager Ducati, Gigi Dall'Igna.
"Saya tidak tahu apakah ini merupakan Marc versi terkuat sepanjang sejarah, tapi yang pasti dia hampir mendekati status tersebut. Saya kagum melihatnya melakukan semua ini dengan mudah sekali," kata Gigi Dall'Igna dikutip dari Motosan.es.
Kemampuan adaptasi Marquez terhadap Ducati memang luar biasa.
Saat Bagnaia dan pembalap lain (Fabio Di Giannantonio) dengan motor yang sama (GP25) mengalami kesulitan, Marquez justru tampil digdaya.
Kemenangan demi kemenangan diraihnya, bahkan mencatatkan rekor lima kemenangan Grand Prix secara beruntun.
"Yang Marc lakukan untuk menjadi dirinya sekarang di Ducati, hanya bisa diraih oleh sedikit atlet di dunia ini. Jadi dia layak dihormati," ujar Dall'Igna.
Pujian ini sekaligus menjadi "tamparan" halus bagi pembalap lain, termasuk Bagnaia, untuk menjadikan Marquez sebagai teladan.
Meskipun berusia 32 tahun, Marquez menunjukkan bahwa kerja keras dan mental juara adalah kunci untuk menjadi yang terbaik.
Jadi, apa yang bisa Pecco pelajari dari Marquez?
Berdasarkan saran Lorenzo, kunci utama bagi Bagnaia adalah melepaskan ketergantungannya pada kondisi motor yang sempurna.
Ia harus belajar dari Marquez, yang bisa beradaptasi dan tampil cepat di berbagai kondisi sirkuit, bahkan saat motornya "tidak ideal".
Dengan begitu, Pecco bisa kembali menjadi penantang serius untuk gelar juara dunia.
Pertarungan sengit di paruh kedua musim akan berlanjut di MotoGP Austria pada pertengahan Agustus.
Apakah Bagnaia akan berhasil menerapkan saran dari Jorge Lorenzo dan mengejar poin dari Marc Marquez?
Kita tunggu saja.
| Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR