Sementara saat ini panjang jalan tol beroperasi 3.020 km. Sehingga masih diperlukan pembangunan jalan tol sekitar 3.000 km lagi.
"Tentu 3.000 kilometer itu tinggal dikalikan kan (dengan biaya konstruksi)? Kebutuhan investasi untuk pembangunan itu," ucapnya.
Kata dia, dengan kisaran biaya konstruksi dan panjang pembangunan jalan tol yang dibutuhkan, tentu tidak bisa hanya mengandalkan investor domestik, atau APBN dari Pemerintah, ataupun investasi dari BUMN.
"Nah kita harus bersama-sama konsolidasikan industri ini supaya kita juga bisa menarik investasi dari lainnya. Nah itu tanggung jawab kita bersama," tuturnya.
Lebih lanjut, menurut Kris, ada beberapa faktor yang memengaruhi kenaikan biaya konstruksi jalan tol per km.
Pertama, harga material yang setiap tahunnya selalu naik karena dipengaruhi inflasi.
Kemudian, biaya jasa konstruksi, dinamika global, serta harga bahan bakar juga memengaruhi.
Selanjutnya, yang dianggap kurang mendapat perhatian, yakni kebijakan fiskal berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga mengalami kenaikan.
Dari sebelumnya PPN 10 persen, kini 11 persen, dan akan naik menjadi 12 persen.
Baca Juga: Bukan Sekadar Ngecor, Seperti Ini Syarat Teknis dan Spesifikasi Bangun Jalan Tol
Hal itulah yang membuat nilai konstruksi jalan tol mengalami kenaikan dari periode satu ke periode selanjutnya.
Bahkan Kris menilai, terkadang kenaikan biaya pembangunan jalan tol tidak linier dengan inflasi.
"Kadang-kadang memang inflasinya mungkin cuma 5 persen. Ternyata harga konstruksi bisa naik 10 persen atau 15 persen. Nah ini sekarang terjadi," terangnya.
Untuk itu, ATI merasa perlu adanya konsolidasi dengan semua pihak terkait untuk dapat merespons secara positif dinamika industri jalan tol saat ini.
"Tidak bisa kami sendiri, investor. Tidak bisa operator. Tidak bisa hanya dari sektor konstruksi. Tapi juga harus policy maker, fiskalnya, cost of fund juga, perbankan. Harus bersama," pungkasnya.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR