Tak hanya mengakui, ia juga memaparkan langkah-langkas strategi Suzuki ke depan.
“Kita akui brand equity Fronx itu adalah baru. Ini nama yang belum common di keluarga Suzuki. Kecuali nama Baleno Crossover itu mungkin lain cerita,” akunya dalam perbincangan di sela-sela test drive di Bandung (23/6/2025).
Menurutnya, perlu edukasi tentang Suzuki Fronx dan ini jadi yang pertama dari tiga langkah.
“Makanya secara strategi pemasaran, kita cukup heavy dan besar-besaran di identitas Suzuki Fronx itu sendiri. Ini first stepnya, kita ingin orang ketahui Suzuki Fronx,” ulasnya.
“Baru tahap keduanya, setelah orang aware ada Fronx, masuk ke segmentasi fitur yang ada. Suzuki Safety Support (SSS), ADAS, fitur audio dengan monitor 9 inci. Lalu 6 dan 4 percepatan untuk tipe GX dan GL,” lanjutnya.
“Baru yang ketiga masuk segmentasi pricing. Makanya kalau rekan-rekan melihat, untuk saat ini kita enggak ada iklan yang ada sales programnya. Semua memperkenalkan Fronx lebih dahulu. Fase sales program itu mungkin beberapa bulan setelahnya,” papar Harold.
“Nanti di GIIAS kita masuk ke fase Suzuki Safety Support. Kita akan lebih mengedukasi lagi, menanamkan ke pemikiran orang. Baru setelah itu masuk ke sales promo,” urai Harold.
Bisa dilihat, dengan mengetahui segmentasinya, Fronx yang dijual Rp 259 juta hingga 321,9 juta sebenarnya bisa menyerang ke mana-mana.
Baik ke segmen SUV maupun hatchback. Pikiran saya menerawang dan membuahkan pernyataan yang enggak satu kali saya utarakan kepada Harold.
Kehadiran Fronx bisa mengambil market dari orang-orang yang sudah mentok dengan hatchback. Taruhlah eks pemakai Honda Jazz dan Yaris hatchback.
Momen menurunnya pasaran hatchback bisa disambut oleh kehadiran Fronx yang bisa jadi alternatif bagi mereka.
Begitu pula momen ketika Rocky dan Raize hadir 2021, rival menyambut dengan Honda WR-V pada 2022 dan Wuling Alvez di 2023. Fronx bisa ikut ambil momentum saat itu.
Namun, soal kemunculan Fronx yang tidak 1-2 tahun lebih awal ini ternyata sudah diantisipasi oleh sang Direktur Marketing.
“Memang di kita prinsip semua indah pada waktunya. Walaupun sebagian orang melihat terlambat, harusnya diluncurin dua tahun lalu atau setahun lalu, cuma di sisi ini kesiapan produk jauh lebih krusial ketimbang kita terlalu dini keluarkan produk,” paparnya.
“Kenapa kita meluncur lebih lambat dibanding teman lain? Salah satu alasannya karena kita siapkan ekosistem Suzuki Support System itu sendiri”
“Karena untuk meluncurkan teknologi itu perlu waktu. Tidak hanya teknologi tersebut bisa dimasukkan ke mobil. Tapi bagaimana ketika dimasukkan ke mobil, teknologi tersebut bisa mengadopsi kontur jalan indonesia”
“Kita kurang lebih satu tahun menguji Suzuki Support System hanya untuk mengetahui fitur itu suitable enggak di jalan Indonesia”
“Akan jadi mubaszir jika dimasukkan tapi enggak bisa mengomodir jalan Indonesia. Jadi uji terus untuk memastikan fitur ini bisa dipakai di Indonesia,” ulas Harold panjang lebar.
Mendengar penjelasan demikian, saya semakin merasa jika Suzuki Fronx memang anak emas Suzuki.
Apalagi mendengar penjelasan investasi Rp 1 triliun yang disebut Harold untuk me-rejuvenate pabrik yang ada di Cikarang, Jabar serta investasi yang sifatnya sales dan marketing.
Makin terasa Fronx memang produk yang diistimewakan.
Bagaimana menurut Anda?
| Editor | : | Iday |
KOMENTAR