“(Saat ini) produsen saya bilang 90 persen B2C mati. Ya sekarang mau fokus B2B (business-to-business) saja, karena B2B memang dari awalnya kan enggak ada subsidi,” ucap Irwan kepada Kompas.com (7/5/2025).
“Kalau dari saya anggap saja enggak ada (B2C). Karena sudah bulan Mei kan? (Misal) bulan Mei pengumuman, tunggu acara, jangan-jangan nanti jalannya cuma sebulan,” ujarnya. Lain halnya dengan Agung Pamungkas, Founder dan CEO PT Tangkas Motor Listrik.
Ia menilai bahwa industri telah kehilangan momentum penting.
Padahal, menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk transisi ke motor listrik.
“Padahal kita memiliki 130 juta motor ICE di Indonesia, yang seharusnya (motor listrik) sudah menjadi semacam lifestyle,” kata Agung (7/5/2025).
“Semua itu justru rusak ketika ada mekanisme atau harapan-harapan subsidi. Itu yang membuat semua menjadi kehilangan momentum. Kalau turun berapa persen, saya rasa sangat jauh sekali. Dan itu dirasakan oleh seluruh industri motor listrik,” ucapnya.
Seperti diketahui, ketika subsidi diberlakukan penuh pada 2024, dampaknya terlihat nyata.
Penjualan motor listrik yang dicatat pemerintah mengalami lonjakan signifikan dibandingkan perolehan tahun sebelumnya.
Dilansir dari laman resmi Sisapira, unit motor listrik subsidi yang diterima masyarakat pada 2024 mencapai 62.541 unit, sedangkan pada tahun 2023 hanya sekitar 11.532 unit.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR