"Kalau ada jembatan, bisa jalan ekonomi masyarakat Sebakis. Mereka tidak terus terjebak di Sebakis, seperti sekarang," tambahnya.
Sebakis sendiri merupakan sebuah pulau yang terpisah dari Nunukan Kota, dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit dan menjadi daerah transmigran.
Acho menyatakan, aktivitas penyeberangan ini telah ada sejak ia mulai berdagang pada tahun 2011.
Ia juga mengirimkan beberapa video sebagai bukti, menunjukkan kapal-kapal kayu yang melayani penyeberangan orang dan kendaraan.
Kapal-kapal ini menunggu hingga beberapa orang sebelum berangkat ke seberang sungai, sementara untuk kendaraan, kapal kayu khusus disiapkan.
Kepala Dinas Perhubungan Nunukan, Muhammad Amin, mengonfirmasi adanya aktivitas penyeberangan komersial tersebut.
Baca Juga: Kronologi Pengendara Motor Tewas Hanyut di Sungai Bondoyudo, Suzuki APV Tertuduh Bersalah
"Betul ada informasi itu, dan memang menurut info yang saya terima dari Kabid saya, tarifnya segitu," ujarnya.
Dari penelusuran petugas Dishub Nunukan, diketahui bahwa areal penyeberangan tersebut sebelumnya merupakan kawasan milik perusahaan PT Adindo Hutani Lestari.
Fasilitas penyeberangan ini awalnya digunakan untuk pengangkutan kayu dan menjadi jalur alternatif terdekat dari Sebakis menuju Pembeliangan, Sebuku.
"Kalau via darat jauh memutar memang. Kalau lewat sungai tinggal menyeberang. Kami masih dalami, apakah ini masih fasilitas perusahaan, atau memang dikomersilkan masyarakat," kata Amin.
Ia menegaskan, pemerintah daerah tidak pernah memberikan izin untuk aktivitas penyeberangan ini.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR