Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Akhirnya Dapat Jawaban, Ternyata Ini Alur dan Maksud dari Blending BBM Atau Mengoplos BBM

Naufal Shafly - Sabtu, 8 Maret 2025 | 17:40 WIB
Ilustrasi produk BBM Pertamina
Pradana/GridOto.com
Ilustrasi produk BBM Pertamina

GridOto.com - Kasus pada anak perusahaan Pertamina menjadi topik yang banyak dibicarakan masyarakat.

Salah satu dugaan korupsi yang dilakukan sejumlah petinggi anak perusahaan Pertamina adalah, melakukan pembelian BBM RON 90 dengan harga RON 92.

BBM RON 90 tersebut selanjutnya di-blending atau dicampur atau dioplos di penyimpanan atau depo untuk dijadikan RON 92, dimana tindakan ini menurut penyidik tidak diperbolehkan.

Karena saat konferensi pers Kejaksaan Agung menggunakan istilah 'dioplos' atau 'oplosan', banyak masyarakat yang salah kaprah terkait hal tersebut.

Mereka menilai, BBM jenis Pertamax (RON 92) yang diedarkan oleh Pertamina dioplos dengan Pertalite (RON 90), sehingga kualitas yang didapat masyarakat menurun atau tidak sesuai standar.

Padahal, menurut Tri Yus Widjajanto Zaenuri, Ahli Konversi Energi Institut Teknologi Bandung (ITB), proses blending atau mengoplos BBM itu sangat lumrah dilakukan di seluruh negara di dunia.

BENSIN MENTAH

Untuk kasus Pertamina, proses blending dilakukan di tujuh kilang yang dinaungi PT Kilang Pertamina Internasional, berlokasi di Dumai, Palembang, Cilacap, Balikpapan, Indramayu, Sorong, dan Petrokimia.

Di sana, nafta atau penjelasan singkatnya adalah bensin mentah dicampur dengan perhitungan dan komposisi tertentu untuk menjadi bensin dengan RON yang diinginkan.

Sebagai gambaran alur, nafta dengan RON tertentu misal RON 90, dicampur dengan nafta RON lain misal RON 95, nantinya akan menghasilkan RON 92.

Baca Juga: Update Kasus Pertamina, Kejagung Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir, Pertamax Aman

"Karena kan sebetulnya RON itu didapet dari nyampur-nyampur nafta, nafta itu kan bervariasi mas, jadi produk kilang itu bukan Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, bukan itu," jelas Yus saat dihubungi GridOto.com beberapa hari lalu.

"Produk kilang itu nafta, naftanya mulai dari RON 67 mungkin ya, sampai RON 98. Jadi kalau mau bikin RON 90, ya dicampur-campur supaya dapet RON 90. Kalau yang mau dibeli RON 92, ya dicampur-campur juga supaya dapat RON 92," lanjutnya.

BEDA PENGELOLA

Setelah diolah menjadi BBM dengan RON tertentu, BBM tersebut dikirim ke depo atau penyimpanan yang tersebar di beberapa daerah, misalnya Plumpang, Jakarta Utara.

Buat yang belum tahu, depo atau penyimpanan ini dikelola oleh PT Pertamina Patra Niaga, bukan PT Kilang Pertamina International.

"Keluar dari kilang ada sertifikatnya, itu harus memenuhi spesifikasi Migas, kalau enggak memenuhi spek Migas, Patra Niaga enggak mau beli," jelas Yus.

Di depo, BBM akan disimpan dan dilakukan sejumlah treatment, misalnya diberikan pewarna, dan berbagai aditif yang sesuai spesifikasi BBM tersebut.

Yus menambahkan, khusus untuk BBM impor Pertamina Patra Niaga boleh melakukan blending lagi di depo mereka.

"Jadi dia (Pertamina Patra Niaga) boleh saja impor RON 90 (Pertalite), tapi kemudian ketika di depo ada kebutuhan Pertamax naik, ya harus keluarin Pertamax," ucap Yus.

"Maka Pertalite yang ada di tangki timbun itu dicampur sama Pertamax Turbo misalnya, RON 90 ditambah RON 98 dengan komposisi tertentu Jadi RON 92. Lalu dikasih aditif dikasih pewarna," tambahnya.

Baca Juga: Geger Kasus Pertamina, Kualitas BBM Saat Ini Diklaim Tidak Terpengaruh

Ia juga menjelaskan, masyarakat sebenarnya tidak perlu khawatir mendapatkan BBM dengan kualitas di bawah standar.

Sebab, segala proses panjang seperti yang dijelaskan di atas diawasi dengan sangat ketat oleh BPH Migas.

"Jadi buat pemahaman, sebetulnya membuat bahan bakar itu ya pasti campur-mencampur, tidak terus keluar dari kilang langsung jadi bahan bakar tinggal dijual, enggak begitu. Di kilang pun campur-mencampur, blending juga," tutupnya.

Editor : Hendra

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa