Gridoto.com - Francesco Bagnaia yakin kalau Marc Marquez sengaja bermain-main di race utama MotoGP Thailand, Minggu lalu (2/3/2025).
Hal ini merujuk pada Marc yang tiba-tiba tampak memberikan jalan pada Alex Marquez, untuk memimpin jalannya balap pada lap ke-7.
Menurut Bagnaia, itu adalah sesuatu yang sengaja dilakukan Marc, bukan karena kesalahan teknis pada motornya.
"Marc sudah bermain-main saat balap. Kalau dia mau, dia bisa menang balapan dengan selisih lebih dari lima detik," ujar Bagnaia dilansir dari Marca.
"Menurutku, karena dia sudah unggul satu detik atau lebih dari Alex, lalu dia membiarkannya lewat dan bermain di belakang," tambahnya.
Baca Juga: Terulang Lagi, Ini Alasan Marc Marquez Sempat Ngalah ke Adiknya di MotoGP Thailand 2025
Pecco menganggap kalau Marc memang sengaja bermain-main saat balapan dan memberikan kesempatan pada adiknya untuk memimpin balapan.
Padahal, Marc memang sangat kuat di balapan kemarin dan bisa saja melaju sendiri di depan meninggalkan para pembalap lain.
Namun Baby Alien baru menyalip Alex untuk mengambil alih pemimpin balap pada lap-lap akhir.
"Ketika tersisa dua putaran lagi, dia memutuskan mengambil alih pimpinan. Dia menjauh, jadi dia unggul jauh atas kami," yakin Pecco.
Jika melihat data telemetri yang dikeluarkan resmi, Marc memang menjadi satu-satunya pembalap yang konsisten mencatatkan waktu putaran 1 menit 30 detikan.
Baca Juga: Hampir Podium di Sprint MotoGP Thailand 2025, Ai Ogura Niru Gaya Seorang Pembalap
Namun pada lap ke-7, catatan waktunya melorot ke 1 menit 32 detik, imbas dari Marc yang seperti sengaja mengasih jalan ke Alex memimpin balapan.
Berada di belakang Alex, catatan waktu yang ditorehkan Marc hingga lap ke-22 bermain di 1 menit 31 detik.
Pada 4 lap tersisa, Marquez berhasil mempertahankan waktu putarannya di 1 menit 31 detik.
Sedangkan pembalap lain di belakangnya seperti Alex dan Pecco hanya catatkan waktu 1 menit 32 detikan.
Ini menjadi bukti kalau Marc memang sangat kuat dan sulit dikalahkan di Chang International Circuit kemarin.
| Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR