GridOto.com - Mirip Honda Tiger, Honda telah luncurkan CB400 Super Four edisi terakhir khusus dijual bagi pasar Jepang.
Motor tersebut merupakan salah satu varian sport naked bergaya klasik yang masih dijual Honda sejak tahun 90-an.
Sebagai perpisahan, Honda CB400 Super Four bakal stop produksi di tahun ini setelah 30 tahun beredar di pasaran.
Dari segi fitur dan tampilan, motor ini enggak banyak berubah sejak pertama hadir dan menggabungkan elemen khas motor jadul dengan teknologi modern.
Terlihat ciri khas seperti headlamp bulat, tangki besar dengan jok tandem, serta suspensi depan teleskopik dipadu suspensi ganda model tabung di belakang.
Bagian spidometer dan tachometer di panel instrumen juga masih model analog, namun dilengkapi layar digital multifungsi.
Pakai velg 17 inci, dipadu rem cakram ganda 4 piston di depan dan 1 piston di belakang dengan fitur ABS dual-channel.
Sektor lampu sudah pakai LED namun hanya headlamp dan stoplamp, sedangkan sein masih bohlam.
Honda CB400 Super Four punya mesin sebesar 399 cc 4 silinder 16 klep DOHC inline berpendingin cairan dengan teknologi Hyper VTEC Revo.
Baca Juga: Suzuki Thunder 125 Reborn Resmi Hadir, Harga Mepet Honda CB 150 Verza, Desainnya Keren Gak?
Mesinnya menghasilkan tenaga sebesar 55 dk di 11.000 rpm dan torsi 39 Nm di 9.500 rpm.
Nah selain tersedia varian sport naked yang mirip Honda Tiger, ada juga varian CB400 Bol d'Or yang berwajah half fairing.
Kedua varian tersedia dalam pilihan warna Candy Chromosphere Red, Atmosphere Blue Metallic dan Darkness Black Metallic.
Khusus untuk CB400 Super Four, tersedia tambahan pilihan warna Matte Beta Silver Metallic yang jumlah unitnya terbatas.
Soal harganya, CB400 Super Four dilepas setara Rp 99 jutaan dan varian Bol d'Or banderolnya setara Rp 120 jutaan.
Honda CB400 tersebut bakal stop produksi di Jepang karena efek standar emisi Reiwa 2 atau setara Euro 5 yang bakal diterapkan.
Meskipun dijual sebagai edisi perpisahan, belum diketahui apakah Honda akan menghadirkan generasi terbaru dari CB400.
| Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR