Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Mobil Esemka

Esemka, Obat Rindu Mobil Nasional yang Tak Kunjung Ada?

Pilot - Selasa, 10 September 2019 | 15:35 WIB
Mobil Esemka, Bima, Siap diluncurkan pada Jumat (6/9)
Kompas
Mobil Esemka, Bima, Siap diluncurkan pada Jumat (6/9)

GridOto.com - Esemka memang ga ada matinya, sejak pertama kali diperkenalkan hingga beberapa waktu lalu diluncurkan pemberitaanya selalu bikin heboh.

Awalnya Esemka memang dikaitkan dan digadang-gadang sebagai mobil nasional. Rindu
mobil nasional kembali terangkat saat pertama kali Esemka muncul sekitar tahun 2009 di
Solo.

Tambah meriah ketika Jokowi menggunakan Esemka sebagai kendaraan dinasnya. Saat itu
Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo.

Semakin membuncahlah keinginan masyarakat indonesia untuk memiliki mobil nasional.

Sudah lama memang bangsa ini mengidamkan punya mobil nasional sendiri. Sempat beberapa kali muncul namun akhirnya hilang tak berbekas.

Dikutip dari tabloid OTOMOTIF edisi 41 tahun 2015, proyek mobnas pertama dimulai dari Maleo. Digulirkan pada tahun 1993 dengan nama Maleo yang dibidani oleh BJ Habibie.

Proyek Maleo digawangi IPTN bekerjasama dengan pabrikan Rover Inggris dan desainer Millard Australia. Mengusung mesin 2 tak 1.200 cc 3 silinder.

Timor S515i terganjal kasus hukum
Dokumentasi OTOMOTIF
Timor S515i terganjal kasus hukum


Lalu ada proyek nasionalisasi Mazda 323 Hatchback oleh PT Indomobil, meluncurkan Mazda Vantren pada tahun 1994.

Kemudian ada bikinan Kalla Motor bernama Sri500, sempat muncul namun akhirnya tidak ada kabarnya lagi.

Paling kontroversial adalah Tommy Soeharto dengan PT Timor Putra Nasional. Memimpin proyek mobnas dengan keluarnya Inpres No.2 Tahun 1996.

Menggandeng partner pabrikan KIA dari Korea Selatan dengan meluncurkan mobil sedan Timor 1.500 cc. Dalam Inpress disebutkan mobnas harus memiliki kandungan lokal minimal 20% di tahun pertama, 40% tahun kedua dan 60% tahun ketiga.

Namun gagal dan akhirnya diprotes anggota World Trade Organization (WTO) dan dijatuhkan sangsi hingga mobnas tidak dilanjutkan.

Lalu Beta 97. Merupakan hasil karya kelompok Bakrie tahun 1995. Bakrie menggandeng beberapa pabrikan besar otomotif.

Prototipe dibuat dan dicoba di Leyland Technical Center di Manchester, Inggris.
Sayang gagal tersandung krisis moneter 1998.

Jokowi saat masih menjabat Wali Kota Solo, menggunakan mobil Esemka sebagai mobil dinasnya
Tribun Jogja
Jokowi saat masih menjabat Wali Kota Solo, menggunakan mobil Esemka sebagai mobil dinasnya

Nah, kemunculan Esemka seperti menyambung asa masyarakat Indonesia untuk mempunyai produk sendiri.

Apalagi saat ini dunia otomotif nasional banyak dikuasai oleh pabrikan dari Jepang, Eropa dan terakhir Cina.

Seolah-olah kita ini masih kuasai oleh negara asing. Padahal Indonesia memiliki
potensi pasar yang besar.

Kehebohan berikutnya muncul saat terjadi penandatanganan MoU antara PT Adiperkasa
Citra Lestari (ACL) milik AM Hendropriyono dan proton Holdings Bhd di Shah Alam, Malaysia pada Februari 2015.

Dihadiri dan disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak. Hadir pula Dr Mahatir Mohamad sebagai bos besar Proton kala itu.

Sempat diduga pertemuan ini untuk membuat mobil nasional Indonesia.

Kebetulan setelah kejadian itu, sekitar April 2015 saya pernah mewawancarai langsung AM Hendropriyono soal ini.

AM Hendropriyono, Esemka bukan mobil nasional
Salim
AM Hendropriyono, Esemka bukan mobil nasional

Saat itu Hendropriyono mengaku timnya sudah bekerjasama dengan Esemka dan membuat perusahaan baru bernama PT Adiperkasa Citra Esemka.

Kala itu Hendropriyono juga mengaku telah melakukan pembelian paten atas sejumlah teknologi yang dipunya oleh Proton.

Opsi potong kompas dengan mengambil sejumlah teknologi Proton menurut Hendorpiyono dilakukan demi mengejar ketertinggalan dalam pengembangan teknologi otomotif. Jadi bukan mau bikin mobil nasional sama Proton.

Pada saat itu juga Hendropriyono menjelaskan pabrik sedang dibangun di Jawa Tengah dan akan memproduksi mobil menjurus pada satu model dulu. Sasaran penjualan juga tidak di kota besar. Jadi mobil kecil dengan harga murah mulainya dari daerah.

Tapi sekitar tahun 2016 kerjasama dengan Proton putus. Alasannya Proton tidak bisa memenuhi keinginan pihak Esemka. Nah, katanya Esemka mencari mitra baru lagi dengan pihak Cina atau Eropa. Tapi enggak tahu jadinya sama yang mana.

Sehingga akhirnya muncul produk baru Esemka, Bima, tahun ini. Dunia otomotif kembali heboh. Dianggap enggak pantas disebut mobil nasional. Cuma ganti logo doang dan sebagainya.

Sudah ditegaskan juga sih kalau Esemka bukan mobil nasional, tapi mobil bikinan orang Indonesia. Karena yang bekerja di dalamnya semua orang Indonesia.

Tapi jadi timbul pertanyaan, seberapa Indonesiakah Esemka?

Jejeran hasil produk Esemka.
tribunsolo.com
Jejeran hasil produk Esemka.

Karena saat melihat modelnya mirip banget dengan mobil produksi dari Tingkok. Makanya dibilang cuma ganti logo doang alias menyontek. Selain itu komponen lokalnya cuma 60%, bukan 100%.

Sebenarnya tahapan yang dilakukan Esemka tidak salah juga. Wajar jika Esemka melakukan kerjasama dengan produsen merek lain untuk membuat mobil.

Karena membangun indutri otomotif itu tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi kalau harus mulai dari nol, wah bisa ketinggalan jauh nanti sama pesaing-pesaingnya.

Mobil nasional kita aja, yang sudah saya jabarkan di atas juga bekerjasama dengan produsen dari merek lain. Transfer teknologi memang dibutuhkan sebelum bisa mandiri.

Beberapa kelompok otomotif dunia seperti VW Group ataupun General Motors juga mengakuisisi merek lain. Hal ini kemudian dimanfaatkan lewat opsi sharing platform ke sejumlah model yang diproduksi.

Proton maupun Perodua yang tetangga terdekat Indonesia juga melakukan hal serupa.

Proton hingga kini masih menjalin kerjasama strategis dengan pihak Mitsubishi maupun Lotus. Lalu Perodua juga awet dengan kerjasamanya bersama Daihatsu.

Contoh yang sekadar ganti logo juga banyak. Ada Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia, Rush dan Terios, Dulu ada Suzuki Ertiga dan Mazda VX-1, Suzuki APV dan Mitsubishi Maven serta lainnya. Jadi ga usah pusing...

Lalu kenapa komponen lokalnya cuma 60%, kalah jauh sama mobil Jepang yang sudah di produksi di sini?

Pabrik perakitan mobil PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) yang berlokasi di Sambi, Boyolali
Gayuh GridOto
Pabrik perakitan mobil PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) yang berlokasi di Sambi, Boyolali

Wajar saja, karena ini tahun pertama Esemka diperkenalkan. Namanya juga bayi baru berumur 1 tahun wajar kalau masih mengumpulkan vendor lokal buat mendukung produknya.

Namun harus ada target peningkatan jumlah komponen lokalnya setiap tahun. Kalo tahun pertama 60%, tahun kedua naik jadi 80%, tahun ketiga baru 100%. Naiknya secara bertahap sambil membangun pasar.

Pekerjaan rumah berikutnya adalah membangun jaringan dan bengkel. Katanya sudah terjual banyak, tapi belinya dimana belum ketahuan. Terus terang saya juga penasaran sih pengin liat dealer Esemka.

Bahkan saat tim Gridoto mendatangi dealer Esemka yang terdeteksi ada di Google Map. Begitu didatangin, lokasinya sedang ada pembangunan, tapi untuk SPBU bukan dealer.

Selain itu, selayaknya Esemka juga terbuka dengan media untuk menginformasikan perkembangannya. Biar enggak banyak yang bertanya-tanya dan menduga. Bikin baper soalnya....

Masih memendam rindu?

 

 

 

 

 

Editor : Pilot

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa