GridOto.com - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menilai perkembangan mobil listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) di sejumlah negara mulai memasuki fase jenuh atau saturated market.
Kondisi ini membuat banyak produsen di luar negeri kini mulai beralih mengembangkan teknologi plug-in hybrid maupun hybrid electric vehicle (HEV).
Ketua Harian GAIKINDO, Anton Kemal Tasli, menjelaskan bahwa keterbatasan yang dimiliki BEV membuat pasar di negara maju mulai mencari alternatif lain.
“Dengan segala keterbatasan BEV, pasti orang mulai beralih. Karena ada batasnya, pasar itu akan saturated,” ujar Anton saat GridOto.com temui di kantor GAIKINDO, Jakarta Pusat, Kamis (16/10/2025).
Anton mencontohkan kondisi di China, di mana pertumbuhan mobil listrik sudah mencapai titik jenuh dan kini bergeser ke arah teknologi plug-in hybrid.
“Kami dari GAIKINDO saat kunjungan ke China tahun lalu, bertemu sama asosiasi otomotif di sana. Mereka bilang BEV sudah ada batasnya. Akhirnya perkembangan teknologinya beralih ke plug-in hybrid,” lanjutnya.
Menurutnya, keterbatasan yang dimaksud bukan hanya soal harga, tetapi juga infrastruktur dan jarak tempuh.
“Itu juga terjadi di sana. Karena infrastruktur belum merata, plug-in hybrid jadi solusi, masih bisa isi bensin kalau diperlukan, tapi tetap lebih efisien,” kata Anton.
Pandangan serupa juga disampaikan Staff Ahli GAIKINDO, Stefanus Sutomo.
Baca Juga: Penjualan Stabil, GAIKINDO Buka-bukaan Soal Tren Mobil Hybrid
Ia menilai fenomena penurunan permintaan BEV juga mulai terlihat di Eropa.
“Di Eropa kelihatan EV-nya sudah mulai turun, sementara hybrid-nya justru naik,” ungkap Stefanus.
Sementara itu, Sekretaris Umum GAIKINDO, Kukuh Kumara, menilai masih terlalu dini untuk memastikan apakah fenomena serupa juga akan terjadi di Indonesia.
“Data kita masih terlalu sedikit untuk bisa memproyeksikan hal itu. Masih terlalu awal,” ucapnya.
Meski begitu, tren kendaraan berteknologi hybrid di dalam negeri menunjukkan perkembangan yang konsisten.
Berdasarkan data GAIKINDO, sepanjang Januari hingga September 2025, mobil hybrid membukukan penjualan wholesales sebanyak 47.450 unit dari total pasar nasional 561.819 unit.
Jika dibandingkan performa sebelumnya, penjualan hybrid pada 2024 mencapai 56.906 unit, naik 8,25 persen dibanding 2023 yang mencatat 52.568 unit.
“Kalau kita lihat, penjualan hybrid cukup stabil dan terus naik. Tren ini masih akan terus berlanjut,” kata Kukuh.
Ia menambahkan, pertumbuhan tersebut sejalan dengan arah industri otomotif nasional yang sedang bertransisi menuju kendaraan ramah lingkungan.
“Baik PHEV maupun HEV itu berkontribusi nyata dalam pengurangan emisi. Ini bagian dari dukungan industri terhadap program pemerintah menuju net zero emission,” jelasnya.
Dari sisi model, Toyota Innova Zenix menjadi penyumbang terbesar penjualan mobil hybrid dengan 17.852 unit atau sekitar 37 persen dari total nasional. Disusul Suzuki dengan model-model seperti XL7, Fronx, dan Ertiga Hybrid.
Anton menutup dengan pandangan optimistis bahwa perkembangan EV di Indonesia masih dalam tahap penciptaan ceruk baru, bukan saling berebut pasar.
“Sekarang merek-merek EV itu bukan mengambil pasar yang sudah ada, tapi mereka menciptakan ceruk baru untuk jualan,” tuturnya.