Fungsinya untuk menampung uap bensin dari tangki, yang kemudian disalurkan ke mesin sehingga mengurangi emisi.
Dengan berbagai ubahan tersebut, emisi gas buang jadi bisa ditekan sehingga lolos standar Euro 5+, meski di Indonesia baru menerapkan standar Euro 4.
Tapi tentu ada konsekuensinya, yaitu tenaga bisa tetap 35,4 dk di putaran mesin 12.000 rpm, tapi torsinya turun sekitar 1 Nm jadi hanya 22,5 Nm di 10.000 rpm.
Apakah performanya ketika dipakai jadi lebih pelan?
Secara garis besar bisa dibilang identik dengan R25 generasi sebelumnya, tapi di tarikan menengah sedikit lebih kosong, tampaknya terlalu kering.
Jadi kalau ditelaah lebih mendalam, tarikan awal tetap kalem khas mesin overbore tapi tidak selambat Ninja 250, namun memang kalah responsif dari CBR250RR SP.
Mesin baru terasa responsif jika sudah menyentuh 6.000 rpm, dan akan terasa kuat sampai sebelum limiter di kisaran 14.000 rpm.
Jadi kalau mau tarikan terasa padat berisi, putaran mesin harus dipertahankan di atas 6.000 rpm.
Bagaimana akselerasinya? Nah ini yang cukup mengejutkan, karena ternyata justru lebih cepat dari R25 generasi sebelumnya.