Uang tersebut digunakan untuk perawatan jembatan, jalan, penerangan, hingga gaji 40 pekerja yang mayoritas merupakan warga sekitar.
"Sekarang yang kerja 40 orang, belum keluarga, anak. Harus ditutup? Dari mana (penghasilan)? Apa suruh ngegarong anak buah saya, jadi perampok. Nah itu logika aja, pemerintah gak sembarangan," ucap Endang.
Endang juga mempertanyakan mengapa hanya jembatannya yang dipersoalkan, padahal menurutnya sudah banyak jembatan serupa yang berdiri.
"Di sini sudah banyak yang bikin kaya gini, nyontoh saya, tapi saya lihat saya cek cuma saya aja. Yang lain gak ada. Ada unsur apa ini?" ujarnya.
Meski begitu, ia mengaku tak ingin berburuk sangka dan tetap terbuka untuk diwawancarai media sebagai bentuk edukasi.
Baca Juga: Ketimbang Buat Foya-foya, Mending Coba Bisnis NFR Ini di SPBU Pertamina
"Untuk edukasi kepada keluarga, saudara se-tanah air, mungkin di lingkungan ada kaya gini, bisa dimanfaatkan," ujarnya.
Endang juga meminta agar pihak berwenang mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi sebelum mengambil keputusan untuk menutup jembatan tersebut.
"Kalau menutup pikirkan dong dampak terhadap masyarakat sini yang orang kerja," pungkasnya.