Dengan Nikel, Indonesia Ingin Menjadi Raksasa Industri Kendaraan Listrik, Ini Detilnya

Muhammad Rizqi Pradana - Rabu, 30 Oktober 2019 | 09:54 WIB

Ilustrasi kendaraan listrik (Muhammad Rizqi Pradana - )

Kebijakan tadi membuat harga nikel naik drastis, dan harapannya akan membuat banyak produsen kendaraan listrik dan baterai untuk berinvestasi di Indonesia secara langsung, dengan potensi investasi hingga Rp 20 milyar per pabrik pengolahan pada tahun 2024.

Ditambah potensi pasar kendaraan listrik di Indonesia, yang menginginkan 25 persen dari seluruh kendaraan yang diproduksi adalah kendaraan listrik, beberapa pabrikan kendaraan dan baterai sudah berjanji untuk berinvestasi di Indonesia.

Mengingat Indonesia memiliki salah satu rasio kepemilikan mobil terendah, dan menginginkan mobil listrik sebagai 25 persen dari total produksi mobil mereka, membangun pabrik di Indonesia menjadi menggiurkan bagi pelaku industri kendaraan listrik.

Toyota berjanji untuk menggelontorkan Rp 2 milyar hingga 2023 untuk memproduksi mobil listrik di dalam negeri, Hyundai sedang menimbang ekspansi di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

(Baca Juga: Ikuti Konvoi Jakarta Langit Biru, Nissan Ingin Dorong Minat Konsumen pada Mobil Listrik)

Juga PT Vale Indonesia dengan Sumitomo Metal, yang berencana untuk menggelontorkan Rp 5 milyar pada beberapa tahun ke depan untuk proyek nikel mereka, setengahnya dialokasikan untuk pembuatan pabrik nikel untuk pembuatan baterai.

Sumitomo Metal sendiri merupakan pemasok untuk Panasonic, yang merupakan produsen baterai bagi kendaraan listrik Toyota dan Tesla.

Luhut Pandjaitan, Menteri Koordinasi Republik Indonesia, juga mengatakan bahwa Tesla, Volkswagen, dan divisi baterai LG sedang menimbang investasi.

Kalau Indonesia bisa memaksimalkan potensi besar di tengah momentum kendaraan listrik ini, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pemain kunci di industri kendaraan listrik dunia.