Larangan Mobil Tua di Jakarta : Ingat, Mereka Pernah Muda!

Bimo Aribowo - Kamis, 8 Agustus 2019 | 16:16 WIB

Mobil berusia di atas 10 tahun dilarang melintas di Jakarta mulai tahun 2025 (Bimo Aribowo - )

Bimo Aribowo
Gas analyzer mampu mendeteksi emisi gas buang

Kadar emisi diukur lewat alat yang disebut gas analyzer. Alat ini mendeteksi gas buang yang keluar lewat asap di ujung knalpot.

Umumnya setiap hasil analisis gas buang terdiri dari CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida), HC (hidrokarbon), O2 (oksigen) dan lambda.

Semua variabel ini didapat setelah sensor gaz analyzer dipasang ke beberapa bagian mobil.

Yaitu di ujung pipa knalpot (deteksi gas buang), kabel busi silinder satu (deteksi rpm) dan lubang bilah pengukur volume oli mesin (deteksi suhu oli).

Mesin dinyalakan stasioner dan kemudian hasilnya dapat dilihat. Setiap hasil pengukuran punya pengertian dan angka ideal yang berbeda.

CO menunjukkan efisiensi pembakaran di dalam silinder. Pembakaran mesin injeksi yang efisien berkisar antara 0,2-1,5% dengan nilai ideal 0,5%. Sedangkan karburator 1-3,5% dengan nilai ideal 1-2%.

Jika ternyata angka CO diluar nilai ideal, artinya perlu dilakukan beberapa pemeriksanaan.

Penyebabnya beragam, mulai dari karburator/injektor/filter udara kotor, choke karburator menutup hingga kebocoran kompresi.

CO2 menunjukkan hasil pembakaran di dalam mesin. Angka idealnya harus di atas 12%.

Semakin tinggi nilainya, makin baik pembakaran yang terjadi. Artinya, energi yang dibakar pun makin banyak.

Bila CO2 di bawah 12%, ada beberapa hal yang harus disesuaikan. Seperti campuran bahan bakar dengan udara kurang tepat atau ruang bakar kotor.

HC mengindikasikan sisa bensin yang terbuang bersama asap knalpot. Nilai idealnya tak boleh melebihi 300 ppm.

Bila melenceng dari nilai ini membuat tenaga mesin loyo dan boros konsumsi bahan bakar. Periksa kompresi di ruang bakar dan sistem pengapian.

O2 yang terlalu banyak keluar dari sisa gas buang menandakan proses pembakaran di mesin tak efisien.

Nilainya tak boleh lebih dari 2%. Jika kelebihan, artinya ada kebocoran di sistem gas buang atau setelan bahan bakar terlalu irit.

Semakin dekat nilai O2 ke angka 0, maka semakin baik proses pembakaran yang terjadi.

Nilai lambda berkaitan dengan perbandingan antara campuran udara dan bahan bakar yang terbuang lewat asap knalpot.

Nilai idealnya 1. Jika lebih besar dari 1, artinya setelan bahan bakar irit. Jika lebih dari 1,1, berarti bahan bakar terlalu irit.

Saat lambda kurang dari 0,95, menandakan bahan bakar boros. Saat kurang dari 0,85, artinya bahan bakar terlalu boros.

Semudah itu melakukan cek emisi gas buang, deteksi kerusakan dan penyetelannya.