Begini Cara Curang Produsen Otomotif Akali Uji Emisi

Gagah Radhitya Widiaseno - Rabu, 21 Februari 2018 | 14:19 WIB

Ilustrasi emisi (Gagah Radhitya Widiaseno - )

GridOto.com - Uji emisi memang harus dilakukan semua produsen otomotif untuk memenuhi kelayakan standar yang diterapkan di tiap negara.

Tetapi kadang ada produsen otomotif yang nakal menggunakan cara curang untuk mengakali uji emisi tersebut.

Seperti dilansir GridOto.com dari rushlane.com, salah satu produsen otomotif multinasional asal Jerman, Daimler AG diguncang skandal uji emisi.

Kabar ini terbongkar setelah surat kabar Bild am Sonntag yang pada Minggu (18/2) lalu merilis dokumen rahasia investigator AS.

(BACA JUGA : Simak! Ternyata Bensin Diopolos Alkohol Bisa Bikin Emisi Lebih Bersih)

Dokumen ini menyebutkan bahwa mobil-mobil produksi Daimler, termasuk Mercedes-Benz sengaja dilengkapi perangkat lunak tertentu agar lolos uji emisi.

Perangkat lunak ini berfungsi mengurangi cairan bernama Adblue yang dirancang untuk menghilangkan kadar gas buang yang berbahaya.

Joerg Howe selaku juru bicara Daimler menolak mengomentari isi dokumen tersebut.

"Pihak berwenang mengetahui dokumen dan tidak ada keluhan yang diajukan," ujar Howe.

(BACA JUGA : Ingin Kurangi Polusi, Uni Eropa Tetapkan Standar Baru Jumlah Kadar Emisi)

"Dokumen yang tersedia untuk Bild telah dirilis secara selektif untuk merugikan Daimler dan 290.000 karyawannya."

Skandal emisi ini bukan hal baru.

Pada 2013, penyelidikan Environmental Protection Agency (EPA) untuk mobil keluaran Volkswagen (VW) yang beredar di Amerika Serikat menemukan ketidakcocokan

Ketidakcocokan ini antara perangkat penekan emisi gas buang di laboratorium penguji dengan alat yang sudah ada dalam kendaraan.

Dua tahun kemudian, VW mengakui telah menggunakan perangkat lunak canggih untuk mengelabuhi alat uji emisi.

Perangkat lunak itu mampu memonitor kemudi, penggunaan mesin dan tekanan barometer guna menentukan apakah mobil tengah diuji emisi atau tidak.

Skandal emisi ini berdampak pada 5 juta unit mobil VW, termasuk 1,2 juta mobil di Inggris.