GridOto.com - Mengejutkan, Ford kini tak sekadar mengerem ambisi kendaraan listrik (EV), tapi juga mengubah strategi terkait urusan baterai.
Pada bulan ini, produsen otomotif asal Amerika Serikat itu membatalkan dua kesepakatan besar terkait baterai EV, yakni kerja sama senilai USD 11,4 miliar atau Rp 179 Triliun dengan SK On dari Korea Selatan serta kontrak pasokan USD 6,5 miliar atau Rp 102 Triliun dengan LG Energy Solution.
Meski langkah tersebut menandai perlambatan ekspansi EV, Ford justru mengalihkan fokus ke jenis baterai lain yang ditujukan untuk kebutuhan skala besar, yakni penyimpanan energi untuk jaringan listrik.
Sejak 2023, Ford telah meneken perjanjian lisensi dengan raksasa baterai China, CATL, untuk menggunakan teknologi lithium iron phosphate (LFP).
Awalnya, teknologi tersebut akan dipakai untuk memproduksi baterai mobil listrik Ford di dalam negeri. Namun strategi itu kini berubah arah.
Alih-alih digunakan untuk mobil listrik, teknologi LFP CATL akan dimanfaatkan Ford untuk memproduksi baterai berukuran besar yang dirancang khusus bagi penyimpanan energi.
Baterai ini ditujukan untuk perusahaan utilitas dan operator jaringan listrik yang membutuhkan solusi penyimpanan daya dalam skala masif.
Baca Juga: Dijual Terbatas, Seganas Ini Tenaga Ford Everest Titanium 25th Anniversary Edition
“Karena kami sudah memiliki lisensi untuk memproduksi teknologi ini di Amerika Serikat, ditambah pengalaman Ford dalam manufaktur skala besar selama lebih dari satu abad, langkah ini terasa sangat masuk akal,” ujar Wakil Presiden Ford untuk Program Platform Teknologi dan Sistem EV, Lisa Drake, kepada Bloomberg.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
| Sumber | : | Carscoops.com |
KOMENTAR