GridOto.com - Selama ini kita sering mengucap kata 'Jalan Tol' yang menggambarkan jalan berbayar.
Namun belum semua orang tahu asal-usul kata Tol yang dipakai Indonesia sejak era 1970-an.
Mengutip Britanica, tol adalah biaya yang dipungut dari pengguna jalan, jembatan, terowongan, kanal, feri, dan berbagai fasilitas transportasi lainnya.
Tujuannya terutama untuk menutup biaya pembangunan serta pemeliharaan infrastruktur tersebut.
Sistem tol bukanlah hal baru. Praktik ini sudah dikenal sejak zaman kuno dan semakin populer pada abad pertengahan di Eropa.
Saat itu, pungutan tol banyak digunakan untuk membiayai pembangunan jembatan.
Salah satu contohnya adalah Pont d'Avignon di Prancis, di mana kapel yang berdiri di atas jembatan juga difungsikan sebagai pos pemungutan tol.
Baca Juga: Lahir Sejak 1986, Ternyata Ini Jalan Tol Pertama di Pulau Sumatera
Tarifnya pun bervariasi, dua denier (penny) untuk seorang penunggang kuda, empat denier untuk sebuah kereta, serta setengah denier untuk seekor keledai, sapi, atau domba.
Di Jembatan London Lama, tol bahkan diberlakukan tidak hanya untuk lalu lintas di atas jembatan, tetapi juga untuk kapal yang melintas di bawahnya.
Memasuki abad ke-18 dan ke-19, pembangunan kanal di Eropa dan Amerika Utara marak dilakukan. Mayoritas proyek tersebut dibiayai oleh pungutan tol.
Selain itu, banyak jalan utama, termasuk jalan tol di Inggris, dibangun oleh perusahaan swasta yang mendapat izin untuk memungut biaya dari para pengguna.
Di Amerika Serikat, pembangunan jalan federal pada 1806 awalnya dibiayai melalui hasil penjualan aset negara.
Namun, karena masalah pemeliharaan, pemerintah akhirnya menetapkan sistem tol.
Meski sempat ditinggalkan pada akhir abad ke-19, ide jalan tol kembali dihidupkan dengan pembangunan Pennsylvania Turnpike pada 1930-an.
Baca Juga: Rasa Penasaran Terjawab, Biaya Bangun Tiap Satu Kilometer Jalan Tol Butuh Biaya Segede Ini
Setelah Perang Dunia II, sejumlah negara bagian AS pun mulai membangun jalan tol modern.
Sementara mengutip laman etymonline, kata tol memiliki sejarah panjang yang menarik.
Dalam bahasa Inggris abad pertengahan, istilah ini digunakan untuk menyebut pajak, bea, atau biaya yang dipungut oleh suatu otoritas.
Akar katanya berasal dari bahasa Inggris kuno yakni toll, yang berarti upeti, uang perjalanan, atau sewa.
Istilah ini ternyata serumpun dengan kata-kata dari berbagai bahasa Eropa lain, seperti tollr (Norse Kuno), tolen (Frisia Kuno), zol (Jerman Kuno), hingga zoll (bahasa Jerman modern).
Menurut sejumlah ahli bahasa, istilah ini kemungkinan besar merupakan serapan dari bahasa Latin tolonium yang berarti 'rumah pabean'.
Kata tersebut diturunkan dari bahasa Latin klasik telonium dan bahasa Yunani teloneion, yang sama-sama berarti 'rumah tol' atau tempat pemungutan bea.
Baca Juga: Banyak Salah Sebut, Padahal di Sini Letak Perbedaan Lajur dan Jalur Jalan Tol
Dalam bahasa Yunani, kata ini berakar dari telones yang berarti 'pemungut pajak', yang berasal dari telos atau 'bea, pajak, biaya'.
Ada pula teori lain yang menyebut kata tol benar-benar berasal dari bahasa Jermanik asli, dengan kaitan pada kata tell (menghitung), berdasarkan gagasan bahwa tol adalah sesuatu yang 'dihitung' atau ditakar.
Diserap ke Bahasa Indonesia Indonesia mulai mengenal jalan tol pada era 1970-an.
Proyek pertama adalah pembangunan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) yang diresmikan pada 1978 oleh Presiden Soeharto.
Jalan ini juga menjadi tol pertama di Asia Tenggara.
Sejak saat itu, istilah 'tol' digunakan secara resmi dalam peraturan maupun dalam percakapan sehari-hari masyarakat.
Pemakaian kata' to' di Indonesia diambil langsung dari istilah internasional toll road yang berarti jalan berbayar.
Jadi kesimpulannya, tidak ada kepanjangan tol, karena tol sendiri memang berasal dari serapan Bahasa Inggris yakni toll road yang bila ditelusuri lebih jauh, berasal dari Bahasa Latin.
| Editor | : | Hendra |
KOMENTAR