GridOto.com - Ada perbandingan angka yang menunjukan Kota Jakarta mengalahkan Negara Singapura.
Hal ini bukan prestasi, karena berimbas kemacetan bagi kota Jakarta, yakni soal jumlah kendaraan.
Mizandaru Wicaksono, Urban Mobility Manager ITDP Indonesia, menyoroti fenomena tinggiya kepemilikan kendaraan bermotor pribadi di tanah air.
Menurutnya, dalam konteks kota Jakarta, yang merupakan pusat ekonomi Indonesia, tingkat kepemilikan kendaraan pribadi mencapai angka 1.077 kendaraan per 1.000 penduduk.
"Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota global lainnya, seperti Singapura dengan 133 kendaraan per 1.000 penduduk, dan New York yang hanya 235 kendaraan per 1.000 penduduk," ujarnya dari siaran resminya, (16/7/25) disitat dari Kompas.com.
Menariknya, tidak hanya kota besar yang mengalami masalah ini, kota-kota menengah hingga kecil seperti Surakarta (Solo) juga mencatat tingkat kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi, yaitu sebesar 771 kendaraan per 1.000 penduduk.
Fenomena ini menunjukkan ketergantungan yang tinggi dari masyarakat terhadap motor dan mobil untuk keperluan sehari-hari.
Baca Juga: Mas Pram Minta Maaf, Tarif Parkir di Jakarta Bakal Bikin Orang-orang Mampu Syok
"Salah satu penyebab utama ketergantungan ini adalah belum adanya transportasi publik yang dapat diandalkan oleh masyarakat," kata Mizandaru.
Data menunjukkan dari 98 kota di Indonesia, baru 25 kota yang telah mengoperasikan sistem transportasi publik massal.
Lebih parahnya, cakupan serta kualitas layanan transportasi publik di kota-kota tersebut juga masih jauh dari harapan.
Menurut survei ITDP pada tahun 2023, alasan utama mengapa masyarakat Jakarta dan kota sekitarnya enggan menggunakan transportasi publik adalah karena kondisi yang tidak nyaman, terutama saat jam sibuk ketika armada transportasi dipenuhi penumpang.
"Bukan hanya terbatasnya ketersediaan transportasi publik yang andal dan nyaman, tetapi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi juga diperburuk oleh kurangnya infrastruktur pejalan kaki dan pesepeda yang aman serta inklusif di kebanyakan kota di Indonesia," jelas Mizandaru.
Sering kali masyarakat harus berbagi jalan dengan kendaraan bermotor saat berjalan kaki maupun bersepeda.
Padahal, berjalan kaki dan bersepeda seharusnya menjadi alternatif utama untuk perjalanan jarak dekat (di bawah 500 meter) hingga jarak menengah (hingga 5 kilometer).
Baca Juga: Bisakah Cara Singapura dan China Soal Pembatasan Kendaraan Efektif Berlaku di Jakarta?
Ketergantungan terhadap kendaraan pribadi bukan hanya menambah kemacetan di jalan raya, tetapi juga berkontribusi terhadap polusi udara yang semakin parah.
Oleh itu, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menciptakan solusi berkelanjutan dalam sektor transportasi.
Dengan meningkatkan kualitas dan cakupan transportasi umum serta menyediakan infrastruktur yang memadai bagi pejalan kaki dan pesepeda, diharapkan masyarakat akan lebih memilih moda transportasi yang lebih ramah lingkungan.
Upaya ini tidak hanya akan meredakan kemacetan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR