Hal ini menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat, di mana peran Battery Energy Storage System (BESS) krusial untuk mengatasi sifat tidak stabil energi terbarukan dan memodernisasi jaringan listrik nasional.
Seminar dilanjutkan dengan pemaparan mengenai baterai & listrik terbarukan dari berbagai narasumber.
Perwakilan Korea Smart Grid Association (KSGA) mengatakan, peran smart grid (modernisasi jaringan listrik) di masa depan akan semakin krusial seiring dengan penetrasi energi terbarukan.
Oleh itu, saat ini Korea sedang mengembangkan teknologi V2G (Vehicle-to-Grid), yang memungkinkan baterai EV berfungsi sebagai sistem penyimpanan energi untuk mendukung stabilitas jaringan.
Baca Juga: Mitsubishi Fuso Pastikan Truk Listrik eCanter Mulai Dijual Tahun Ini
Sementara itu, perwakilan TransJakarta mengatakan mereka berupaya menciptakan Jakarta bebas polusi melalui elektrifikasi armada bus secara penuh di tahun 2030.
Fakta di lapangan membuktikan, bus listrik TransJakarta hanya memiliki tingkat breakdown 0,4%, jauh lebih rendah dari bus konvensional.
Ke depannya, TransJakarta membutuhkan lebih banyak infrastruktur charging station yang memadai, dan baterai dengan jarak tempuh yang lebih panjang, kepadatan energi yang lebih tinggi, bobot yang lebih ringan, dan umur pakai yang lebih lama (lebih dari 10 tahun).
Dalam diskusi panel Indonesia Data Center Landscape 2025: Indonesia Data Center Investment Opportunities, para pembicara yang berasal dari asosiasi industri dan praktisi energi mengungkapkan Indonesia memiliki peluang emas untuk menjadi pusat data regional berkat pasar digital yang besar, dominasi generasi muda, dan lokasinya yang strategis.
Namun, keberhasilan ini masih bergantung pada ketersediaan energi yang andal, efisien, dan hijau.
"Kita tidak bisa lagi hanya berbicara potensi, saatnya menjadikannya realitas. Momentum ini adalah peluang emas untuk menjadikan Indonesia digital hub regional." kata Denny Setiawan, Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Ia juga menggarisbawahi pentingnya energi hijau sebagai kunci daya saing Indonesia di era transformasi digital.
Baca Juga: Truk Listrik Beda dengan Bus Listrik, Isuzu Ogah Buru-buru Terjun ke Elektrifikasi
Meski prospeknya besar, perjalanan menuju visi tersebut tidak lepas dari tantangan.
Kompleksitas birokrasi perizinan yang melibatkan banyak institusi, tingginya tarif listrik komersial, serta ketergantungan pada energi fosil masih menjadi hambatan bagi investor.
Di sisi lain, lonjakan kebutuhan daya akibat adopsi AI juga mendorong perlunya infrastruktur energi yang lebih tangguh.
Untuk mengatasinya, para pembicara mengajukan berbagai solusi, antara lain percepatan pemanfaatan energi terbarukan, penerapan sistem wheeling agar pasokan hijau dapat langsung disalurkan ke pusat data, penetapan green tariff khusus, hingga desentralisasi pembangunan pusat data ke wilayah.
Selain itu, pembentukan gugus tugas energi nasional juga diusulkan guna mempercepat pembangunan infrastruktur.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia diyakini dapat menjawab tantangan sekaligus memperkuat posisinya sebagai Green Digital Hub di Asia Tenggara.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR