"Jadi hari ini satu, saya mencoba membuka investasi untuk ramah masuk di Jawa Barat. Saya ngurus perizinannya tidak boleh berliku-liku dan berlama-lama," tuturnya.
"Saya ngurus bagaimana keamanannya dipastikan aman. Tidak boleh ada premanisme. Negara harus hadir dalam setiap hal," ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah harus hadir sejak awal untuk membaca kebutuhan investor, menjemput peluang, dan memfasilitasi proses yang mempercepat tumbuhnya sektor industri.
"Pemerintah harus punya rencana itu. Dalam setiap waktu dia harus bisa membaca, menjemput, membaca, menjemput, membaca, menjemput," kata Dedi.
Meski demikian, ia mengakui masih ada sejumlah kendala, salah satunya keterlambatan perizinan dan urusan lahan yang kerap menghambat realisasi investasi.
Dedi mencontohkan persoalan lahan yang dialami dua investor otomotif, BYD dan Vinfast, terkait status lahan pertanian di Subang yang tak kunjung tuntas dalam sepuluh bulan terakhir.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Intai Pembangunan Pabrik Mobil Listrik BYD di Subang, Minta Yang Hilang Diganti
"Kayak kemarin saya menemui Menteri Pertanian, itu kan problemnya lama banget mungkin sudah 10 bulan ke belakang enggak selesai-selesai," beber Kang Dedi, sapaan akrabnya.
"Saya take over langsung bertemu menteri cari solusi," ujarnya.
Dedi berharap Jawa Barat dapat tumbuh sebagai Provinsi ramah investasi sekaligus mampu mencetak tenaga kerja profesional yang dibutuhkan industri masa depan.
| Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR