GridOto.com- Imbas kondisi makro ekonomi nasional dan daya beli masyarakat dirasakan juga Mitsubishi Fuso.
Secara penjualan, Mitsubishi Fuso mengalami penurunan unit sejak 2022.
Aji Jaya, Direktur Sales & Marketing Division PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) mengatakan hal tersebut dalam press conference di GIIAS 2025, Kamis (31/7).
"Betul secara data ada penurunan sejak 2022," kata Aji.
Berdasarkan data GAIKINDO, pada 2022, penjualan Mitsubishi Fuso berhasil menjual 38.397 unit kendaraan komersial.
Penjualan ini menjadikan Mitsubishi Fuso sebagai pemimpin pasar kendaraan komersial di Indonesia dengan pangsa pasar 41,1%.
Namun, di tahun berikutnya, yakni 2023, KTB mencatat penjualan 33.283 unit kendaraan niaga, dengan pangsa pasar 39,2%.
Artinya ada penurunan 13,3 persen dibanding tahun sebelumnya.
Baca Juga: Suku Cadang Tiga Berlian, Lebih Murah 90 Persen Masa Pakai Nyaris Sama
Penurunan juga terjadi pada 2024, di tahun itu total penjualan Mitsubishi Fuso adalah 27.683 unit atau ada penurunan sebesar 16,8 persen.
Meski terjadi penurunan pada 2 tahun terakhir, namun penjualan suku cadang malah mengalami kenaikan cukup signifikan.
"Pada 2023 target penjualan spare part sebesar Rp 1,4 triliun," kata Aji Jaya.
Di tahun berikutnya, menurut Aji terjadi kenaikan penjualan sebesar Rp 1,5 triliun.
"Tahun ini target sebesar Rp 1,6 triliun semoga bisa tercapai dengan adanya line-up terbary Suku Cadang Tiga Berlian (SCTB)," ungkap Aji.
Dalam semester pertama tahun ini menurut Aji sudah mencapai 45 persen dari target pendapatan.
Menurut Aji, adanya peningkatan penjualan spare part terbalik dengan penjualan yang menurun karena ada beberapa faktor.
"Salah satunya, para pengusaha menahan pembelian unit baru, dan memperpanjang masa operasional kendaraan," katanya.
Dengan menambah waktu operasional maka kebutuhan akan suku cadang dipastikan meningkat.
Mohammad Faisal Rezza, Department Head After Sales Service Strategy & Special Project KTB menambahkan.
Dengan peluncuran SCTB ini, Mitsubishi Fuso berkomitmen untuk memberikan value dengan menekan total biaya kepemilikan (Total Cost of Ownership) bagi konsumen.
"Biaya perawatan menjadi kompetitif baik itu servis maupun spare parts,” ujarnya.
| Editor | : | Hendra |
KOMENTAR