GridOto.com - Xiaomi YU7 menarik perhatian publik otomotif dengan berhasil mencatatkan penjualan sebanyak 200 ribu unit hanya dalam tiga menit setelah peluncurannya.
Namun baru-baru ini, beredar sebuah video memperlihatkan bagian pengereman Xiaomi YU7 Max, tepatnya di area kaliper yang terbakar.
Melansir dari Carscoops, video itu diambil di pit lane sebuah sirkuit setelah SUV listrik tersebut melakukan pengetesan untuk media.
Dalam rekaman tersebut, kita melihat teknisi berdiri tidak jauh dari api yang menyala pada kaliper saat hendak mengukur suhunya.
Menurut perangkat yang digunakan, kampas rem berada pada suhu 619 derajat Celcius, atau hanya sekitar 50 derajat di bawah titik di mana aluminium mulai meleleh.
Terkait peristiwa di atas, Xiaomi memberi klarifikasi kepada CarNewsChina bahwa rem ini terbakar karena bahan organik dalam kampas berbahan low-metallic.
Menurut pabrikan, fenomena ini normal ketika rem melebihi 600 derajat Celcius dan itu bukan masalah besar karena saat kejadian, rem tersebut masih berfungsi dengan baik.
Selain itu, perlu dicatat bahwa Xiaomi mengatakan pengemudi dalam video itu tidak menggunakan sistem rem regeneratif yang sudah tersemat di YU7 Max secara tepat.
Sebagai informasi, YU7 Max memiliki fitur 'Master Mode' dengan fungsi 'Enhanced Energy Recovery'.
Baca Juga: Tesla Model Y Ketar-ketir, 200 Ribu Xiaomi YU7 Terjual Hanya Dalam 3 Menit
Saat menggunakan sistem itu, rem gesek tidak perlu bekerja terlalu banyak karena fungsi regeneratifnya dapat menambah gaya pengereman hingga 0,2G.
Sebaliknya, tampaknya saat kejadian YU7 Max ini tidak mengaktifkan fitur tersebut. Mengingat berat SUV listrik tersebut sekitar 2,3 ton, tidak heran remnya didorong hingga batas maksimalnya.
Belum lagi kalau kita lihat spesifikasinya, Xiaomi YU7 Max yang mengadopsi sisitem penggerak AWD ini ditenagai dua motor bertenaga tinggi—220 kW di depan dan 338 kW di belakang.
Kalau ditotal, output yang dihasilkan mencapai 508 kW atau setara 681 dk dan torsi puncak 866 Nm, menjadikannya salah satu SUV listrik berperforma tinggi.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR