"Sudah jelas sejak di Barcelona bahwa meskipun mesin baru memiliki keunggulan dalam performa dan kemudahan mengemudi, pengelolaan engine braking-nya lebih rumit," ungkap pria Italia ini.
"Jadi kami sudah bersiap untuk tetap menggunakan versi 2024 dan semua keputusan sudah disiapkan untuk pilihan tersebut," jelasnya.
Dall'Igna mengungkap bahwa sebenarnya keputusan pilihan mesin masih lebih mudah, lantaran mesin baru memang terlihat lebih berisiko dibandingkan mesin lama.
Yang sulit adalah aerodinamikanya, yang mana paket aero yang baru dan lama tidak menunjukkan perbedaan keunggulan yang signifikan.
Jadi masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing di lintasan tertentu.
Ducati juga berhati-hati soal aerodinamika, karena mereka hanya bisa meng-update-nya sekali saja dalam satu musim kompetisi.
"Aerodinamika adalah keputusan tersulit. Kami melihat keuntungan besar di Buriram, tetapi ada potensi kerugian di sirkuit dengan tikungan cepat seperti Argentina dan Qatar," lanjutnya.
"Oleh karena itu, kami memilih untuk berhati-hati dan akan mengujinya kembali dengan beberapa pembaruan di tes Jerez mendatang," jelasnya.
Sasis pun Ducati juga memakai komponen yang lama, namun mereka masih bisa menggantinya saat kompetisi berjalan termasuk dengan banyak komponen lainnya.
"Swing arm dan girboks sudah lulus tes, sementara konfirmasi untuk sistem holeshot akan kami putuskan saat balapan berlangsung," tegasnya.
Dall'Igna sendiri mengakui bahwa kegagalan mesin baru Ducati ini bisa menjadi momentum pabrikan lain untuk mengejar mereka.
"Ini akan menjadi kejuaraan yang sangat kompetitif, dengan banyak pabrikan dan pembalap yang memiliki peluang untuk menang. Namun, seperti biasa, faktor penentu utama adalah konsistensi dan kompetitivitas di setiap sirkuit," tegas Dall'Igna.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
| Sumber | : | Todocircuito.com,linkedin.com |
KOMENTAR