GridOto.com - Pasar otomotif China siap memasuki aturan terbarunya.
Salah satunya yang diperketat adalah praktik penjualan mobil bekas nol kilometer (zero-kilometre used cars) yang selama ini marak, terutama untuk pasar ekspor.
Aturan kepatuhan baru tersebut dijadwalkan mulai berlaku pada 1 Januari 2026 melansir Auto-home.
Kebijakan ini muncul setelah bertahun-tahun praktik peredaran dan ekspor kendaraan yang secara teknis sudah terdaftar, namun nyaris tidak pernah digunakan.
Fenomena ini dinilai sejumlah asosiasi industri telah mengganggu sistem harga pasar sekaligus menimbulkan persoalan tanggung jawab purnajual.
Mobil bekas nol kilometer sendiri merujuk pada kendaraan yang keluar dari pabrik dengan jarak tempuh nol atau hanya ratusan kilometer.
Statusnya bisa sudah terdaftar atau belum, tergantung skema transaksi.
Meski kondisinya masih seperti mobil baru bahkan masih dilapisi plastik pelindung di interior dan eksterior unit-unit ini nekat dijual lewat jalur mobil bekas.
Baca Juga: Mobil Bekas Suzuki Ertiga 2016, Tipe Matik Harganya Rp 100 Jutaan
Berdasarkan estimasi industri, sepanjang 2024 volume transaksi mobil bekas nol kilometer di dalam negeri China diperkirakan mencapai sekitar 1 juta unit, atau sekitar 5 persen dari total pasar mobil bekas nasional.
Praktik ini kerap dikaitkan dengan masalah kelebihan kapasitas produksi, di mana pabrikan dan diler memilih mempercepat perputaran stok dan arus kas dengan “melempar” mobil baru ke pasar bekas dengan harga lebih murah.
Jalur ekspor bahkan menjadi tujuan utama kendaraan jenis ini.
Data menunjukkan ekspor mobil bekas China melonjak dari 15 ribu unit pada 2021 menjadi 436 ribu unit pada 2024, dan pada 2025 diproyeksikan menembus lebih dari 500 ribu unit.
Dari jumlah tersebut, sekitar 70–80 persen disebut merupakan mobil bekas nol kilometer.
Namun tren ini menyimpan sejumlah risiko.
Di pasar domestik, diskon besar-besaran lewat kanal mobil bekas dinilai merusak struktur harga diler resmi.
Sementara di luar negeri, banyak kendaraan nol kilometer diekspor tanpa proses lokalisasi yang memadai dan tanpa dukungan layanan purnajual resmi.
Akibatnya, muncul keluhan soal perawatan, fungsi perangkat lunak, hingga layanan baterai.
Baca Juga: Minat Mobil Bekas Menguat Jelang Nataru, Innova hingga Fortuner Masih Jadi Buruan
Pengamat industri menilai dampaknya bukan hanya dirasakan eksportir, tetapi bisa mencoreng citra merek otomotif China secara keseluruhan di pasar global.
Sebagai respons, empat lembaga pemerintah China yang dipimpin Kementerian Perdagangan menerbitkan aturan baru terkait ekspor mobil bekas.
Mulai 1 Januari 2026, setiap kendaraan yang diekspor dalam waktu 180 hari sejak pendaftaran awal wajib dilengkapi dokumen konfirmasi layanan purnajual dari pabrikan.
Dokumen tersebut harus mencantumkan negara tujuan ekspor, informasi kendaraan, serta dibubuhi cap resmi pabrikan.
Meski tidak melarang ekspor mobil bekas, regulasi ini secara signifikan meningkatkan standar kepatuhan dengan mengaitkan izin ekspor pada tanggung jawab purnajual yang didukung langsung oleh produsen.
Aturan ini akan berlaku secara nasional dan menandai langkah tegas China dalam menata ulang praktik penjualan mobil bekas nol kilometer yang selama ini berkembang pesat.