"Ada 2 jenis perkerasan jalan yaitu rigid pavement (beton) dan flexibel pavement (aspal). Untuk biaya konstruksi awal, aspal jauh lebih murah dari pada beton, akan tetapi untuk biaya perawatan aspal lebih mahal," jelas Riski saat dihubungi.
Namun, dari sisi keawetan, jalan aspal memiliki keterbatasan.
Dibandingkan jalan cor beton, aspal lebih cepat rusak jika sering dilalui kendaraan berat, terutama truk dengan muatan berlebih.
Di daerah beriklim panas dan curah hujan tinggi seperti Indonesia, aspal juga lebih rentan mengalami retak, gelombang, hingga lubang jika kualitas material dan drainase tidak memadai.
"Pada saat perencanaan awal, jalan didesain memiliki umur rencana. Perkerasan beton miliki umur rencana yang lebih lama daripada perkerasan aspal. Beton sekitar 15-40 tahun, sementara aspal 5-10 tahun," ungkap dosen Teknik Sipil Universitas Tangerang Raya ini.
Berbeda dengan aspal, beton bersifat kaku (rigid pavement).
Struktur ini membuat jalan beton lebih kuat menahan beban berat dalam jangka panjang.
Karena itulah, beton sering digunakan untuk jalan dengan lalu lintas padat dan kendaraan bertonase besar, seperti jalan industri, pelabuhan, kawasan pergudangan, hingga sebagian ruas jalan tol.
Baca Juga: Seperti Proyek Abadi, Ini Alasan Aspal Jalan Rata-rata Cepat Rusak Tiap Musim Hujan
Dari sisi keawetan, jalan beton dikenal memiliki umur layanan yang lebih panjang. Dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik, jalan beton dapat bertahan 15 tahun, bahkan hingga 40 tahun, dengan perawatan minimal.
Meski demikian, jalan beton juga memiliki kekurangan.
Permukaannya relatif lebih keras, sehingga kenyamanan berkendara dan tingkat kebisingan lebih tinggi dibandingkan aspal.
Selain itu, biaya awal pembangunan jalan beton lebih mahal dan waktu pengerjaannya lebih lama karena membutuhkan proses pengeringan (curing).